Bab 22 Sisi Lain

2.5K 214 11
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Suasana toilet yang sepi dan gemercik air yang jatuh dari kran ke bak mandi menambah suasana mencekam yang kini menyelimuti Daizy. Tatapan tidak bersahabat dari 3 orang yang Daizy dan Ruri anggap aneh tertuju kepadanya, mereka mengelilingi Daizy berharap ia merasa terintimidasi. Mereka adalah Okta, Rina, dan Rea yang entah datang dari mana.

Daizy mencoba menenangkan dirinya agar ia tidak terlihat terintimidasi oleh mereka. Daizy melihat tangan Okta sudah mengepal dan bersiap menggebrak ujung wastafel.

Brak

Krek

Terdengar suara 'krek' bersamaan dengan suara gebrakan Okta di ujung wastafel. Daizy meringis membayangkan bagaimana sakitnya tangan Okta saat ini. Okta masih menatap tajam Daizy mengesampingkan rasa sakit yang berdenyut di tangannya.

“Berani-beraninya lo deketin gebetan gue !”

Plak

Tamparan mendarat mulus di pipi Daizy tepat setelah bentakan itu Okta layangkan. Kepala Daizy sampai menghadap ke kiri karena tamparannya. Mata Okta melotot dengan seram dan senyuman sinis tersungging di bibirnya.

“Siapa ?” tanya Daizy yang masih berusaha menahan amarahnya.

“Enggak usah sok begok deh lo !” Kini Rina membuka suara, ia menjambak rambut Daizy hingga kepalanya tertarik ke belakang.

Daizy mencekal tangan Rina dengan kuat hingga Rina meringis kesakitan dan melepas jambakannya. Kesabaran Daizy perlahan mulai menipis, nafasnya mulai memburu.

“Heh, berani-beraninya lo nyakitin Rina !” bentak Rea yang berada di samping Rina.

Okta mendorong tubuh Daizy hingga ia terjatuh ke lantai. Okta jongkok dan menatap Daizy tajam tepat di netranya.

“Apa hubungan lo sama Aldafi ?!”

“Cuma teman.”

“Bulshit !” Okta berniat menampar Daizy lagi, tapi kini Daizy berhasil mencekalnya. Dengan bersusah payah Okta melepas cekalan Daizy.

“Lo enggak bisa bohongin kita karena kita udah mantau kalian berdua. Aldafi nolak Okta buat pulang bareng dan malah nungguin lo ..., hmmp.”

Rina membekap mulut Rea yang malah membongkar perbuatan mereka sendiri. Daizy tersenyum miring sambil melihat Okta. Okta merasa jengkel melihat keberanian di mata Daizy dan ia tidak menemukan raut wajah ketakutan.

“Bacot lo Re !” bentak Okta ke Rea.

“Pokonya lo harus jauhin dia. Jangan berlagak murahan dengan ngerebut gebetan gue, kasihan sama orang tua lo yang udah besarin lo kalau lo jadi cabe-cabean. Atau jangan-jangan ibu lo juga ..., ups,” Okta tertawa merendahkan yang langsung diikuti oleh Rina dan Rea. Sebelum berdiri, Okta menoyor kepala Daizy dan berkata, “Cabe-cabean !”

Okta berjalan menuju pintu toilet diikuti oleh Rina dan Rea. Okta merasa senang karena ia berhasil membuat Daizy marah, ia berpikir jika Daizy sama seperti adik tingkatnya yang lain, selalu ketakutan ketika berhadapan dengannya.

Daizy berdiri, ia langsung memelintir tangan Okta ke belakang dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk menjambak rambut Okta agar ia bisa menatap matanya. Rina dan Rea mencoba untuk membatnu Okta, tapi Daizy lebih dulu menendang tubuh Rina hingga ia terjatuh dan menindih Rea.

“Jangan sekali-kali kamu hina orang tuaku atau kamu yang akan menyesal,” Daizy semakin mengeratkan cengkeramannya.

“Aaakh,” hanya teriakan yang bisa Okta keluarkan.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang