Bab 52 Tangung Jawab?

2.3K 198 13
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Dito terkejut melihat Daizy yang sudah berada di atas pagar balkon kamarnya dengan pandangan kosong yang tertuju ke bawah. Tita dan Genta yang ikut masuk pun ikut dibuat terkejut juga, tubuh mereka semua menegang.

Saat perlahan kaki Daizy maju, Aldafi membelalakkan matanya. Ia kembali mengetuk kaca jendela.

Tok

Tok

Tok

Kini, atensi Daizy sepenuhnya tertuju ke kamar Dito, namun yang mengkhawatirkan adalah keadaan Daizy yang belum sepenuhnya sadar.

Tidak kehilangan akal, Dito menyuruh ibunya untuk menyalakan senter dari handphone yang Tita bawa, Dito mengambil kertas dan menyuruh Tita menyorotkan senter itu ke kertas agar cahaya samar tercipta. Lalu, Dito langsung mengarahkan tangannya ke kepala Aldafi membentuk tanduk.

Rupanya hal itu berhasil membuat Daizy tersadar, ia tampak ketakutan melihatnya.

Jdeerrr

Dito, Tita dan Aldafi yang sejak tadi tidak menyadari keberadaan keluarganya terlonjak kaget. Mereka menoleh ke belakang secara bersamaan dengan raut wajah yang sangat terkejut.

Jdeerrr

Genta kembali mengibaskan lempengan seng cukup besar yang ada di tangannya. Rupanya dia yang telah menciptakan suara petir itu.

Tita menyorotkan senter dari handphonenya ke Genta, Genta yang disorot pun hanya menunjukkan deretan giginya.

“Ngagetin aja sih pa,” rajuk Tita, ia kembali mematikan senternya.

“Hehe, biar lebih meyakinkan,” jawab Genta.

“Lagi pula dapet dari mana juga tuh seng ?” gerutu Dito dengan raut wajah kesal.

Dito menoleh ke belakang melihat ke arah Aldafi yang hanya diam. Ternyata Aldafi sedang melihat ke arah Daizy yang sudah masuk ke dalam kamarnya.

“Manjur juga ternyata,” ujar Dito dengan kekehannya.

“Ngapain kalian ?” tanya Aldafi yang melihat ke arah keluarganya dengan wajah datar.

Dito menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedangkan Tita dan Genta tidak menemukan kata-kata untuk menjawabnya.

“Seharusnya Dito yang tanya, ngapain kakak di kamar Dito ?” tanya Dito membalikkan keadaan. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah congkak.

“Ya udah gue pergi,” Aldafi pun berlalu dari sana, namun Dito segera mencegat tangannya karena tiba-tiba ia mendapatkan sebuah ide.

“Eittss, tidak semudah itu,” ujar Dito, “Karena gue bonyok karena lo, gue minta kita tukeran kamar karena gue enggak mau tidur di kamar yang gelap.”

“Oke.”

Dito, Tita dan Genta menganga mendengar jawaban Aldafi yang dengan mudahnya menerima permintaan Dito tanpa penolakan apa pun.

“Kenapa, enggak jadi ?” tanya Aldafi dengan dingin.

“Eh, mau. Tapi, kok lo langsung nerima gitu aja tanpa penolakan ?” tanya Dito heran.

“Ribet banget sih lo, udah lah gak jadi !”

“Eh, iya-iya,” Dito kembali mencegat Aldafi, “Tenang aja, kita tukeran sampai lampu kamar ini nyala kok, gue tahu lo terpaksa ....”

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang