Bab 56 Jangan Bohong

2.2K 208 18
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Daizy berjalan dengan malas memasuki salah satu mall terbesar di kotanya. Kemarin malam Rey meminta bertemu di mall itu untuk memperbaiki laptopnya yang rusak. Daizy datang sedikit lebih awal dari perjanjian karena dosen yang mengisi kelas terakhirnya tidak bisa hadir.

“Ngapain sih dia ngajak ke mall, emang tukang reparasi di tempat lain enggak ada apa ?” gerutu Daizy sambil memasuki area kafe.

Daizy terkejut ketika melihat Rey sudah berada di dalam kafe itu. Beberapa kali Daizy mengucek matanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat.

“Aku enggak salah lihat kan ?” Daizy menautkan alisnya, “Sejak kapan dia ada di sana ?”

Daizy berbalik berniat pergi dari sana dan kembali pada jam yang sudah ditentukan. Namun terlambat, Rey sudah mengetahui kehadirannya.

“Daizy !” panggil Rey dengan nada senang. Daizy menoleh dan Rey melambaikan tangan ke arahnya. Mau tidak mau Daizy mendatanginya dengan langkah lunglai.

Penampilan Rey sangat berbeda dari beberapa hari yang lalu, sekarang ia sangat rapi seperti akan pergi ke sebuah kencan pertama. Ia sudah mencukur habis jenggot dan kumisnya, ia juga merapikan rambutnya dengan gel.

“Kok cepet banget datengnya ?” tanya Rey setelah menarik kursi untuk Daizy duduki.

“Dosennya enggak dateng, kakak sendiri sejak kapan ada di sini ?” Daizy balik bertanya.

“Oh, a-aku juga. Pak Retyo enggak bisa datang,” jawab Rey tergagap.

Daizy tahu jika saat ini Rey sedang berbohong karena jelas-jelas ia melihat Pak Retyo di kampus tadi. Daizy hanya diam, malas untuk menanggapi.

“Kamu mau pesan minum ?” tawar Rey.

“Enggak usah, kita langsung ke tukang reparasinya aja,” jawab Daizy.

“Kalau jam segini sih masih tutup, tunggu nanti jam 4.”

Daizy langsung melihat jam di handphonenya yang masih menunjukkan pukul tiga lebih lima belas. Daizy menyesali perbuatannya menolak ajakan Ruri untuk makan bersama tadi.

Rey memanggil pelayan, lalu ia memesan minuman untuk dirinya dan Daizy. Ia memesan machiatto untuk dirinya sendiri dan lemon tea untuk Daizy.

“Kamu masih suka kan ?” tanya Rey.

“Hm.”

Beberapa menit kemudian minuman pun datang, Daizy langsung meminumnya sedikit. Beberapa kali Daizy melihat jam untuk membunuh waktu, namun ia merasa jika waktu bergerak terlalu lambat. Daizy menghembuskan nafas bosannya.

“Kamu mau pesan makan ?” tawar Rey setelah keheningan berlangsung cukup lama.

“Enggak usah,” jawab Daizy.

“Gimana kalau kita main dulu, kayaknya bakal bosen kalau nunggu di sini terus.”

Sempat ada rasa antusias ketika mendengar ajakan Rey, namun rasa itu langsung menghilang ketika mengingat jika yang mengajaknya adalah Rey. Tiba-tiba ia mengingat Aldafi, entah mengapa ia merasa rindu berada di dekatnya.

“Ngapain aku inget dia ?!” batin Daizy.

“Gimana ?” tanya Rey lagi.

Daizy berpikir jika ia memang membutuhkan refreshing agar otaknya kembali segar dan tidak mengingat tentang Aldafi.

“Ayo,” jawab Daizy.

Senyum terkembang di bibir Rey. Dengan semangat ia langsung membayar tagihan minumannya dan mereka pun pergi menuju ke area permainan.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang