Bab 58 Jangan Ada Kebohongan

2.4K 184 6
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Daizy berjalan tanpa alas kaki dan tujuan. Ia hanya mengikuti langkah kakinya yang entah membawanya ke mana. Rasa sakit yang Daizy rasakan di kakinya tidak ia pedulikan. Daizy hanya menatap kosong ke arah aspal yang lumayan panas akibat terbakar sinar matahari.

Air matanya sudah mengering, hanya tersisa jejak-jejak air di pipinya. Ia menghembuskan nafas lelah, bukan karena lelah fisik, namun lelah batin. Ia seperti hilang tujuan dan jati diri.

“Aku anak siapa ?” cicit Daizy.

Mendengar ada suara air jatuh yang tidak asing di telinganya, Daizy menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah kiri. Ia tersenyum tipis, lalu mendekati air mancur itu. Daizy berada di taman yang beberapa hari lalu ia datangi bersama Aldafi.

Daizy menjulurkan tangannya ke air dan merasakan setiap tetes air yang jatuh ke telapak tangannya. Daizy memejamkan matanya dan air mulai keluar dari sana. Ia kembali merasakan sakit dan sesak pada waktu yang bersamaan.

Perlahan-lahan Daizy semakin mendekat ke arah air sampai ia menjinjitkan kakinya. Daizy kehilangan keseimbangan dan tubuhnya akan masuk ke dalam air mancur. Namun, Aldafi datang di saat yang tepat, ia langsung menarik pinggang Daizy.

Tatapan mereka bertemu cukup lama dengan Daizy yang masih syok. Pandangan Daizy kabur, namun ia tahu siapa yang telah menyelamatkannya. Jantung Daizy dan Aldafi berdetak dengan kencang sampai mereka bisa merasakannya satu sama lain.

Aldafi yang telah sadar, langsung melepas pelukannya dan mengalihkan pandangan. Daizy pun menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk menetralisir detak jantungnya.

“Hobbynya ngilang-ngilang aja, kasihan ibu lo khawatir !” ujar Aldafi secara tiba-tiba yang langsung membuat Daizy terkejut. Namun, setelah itu pandangan Daizy menjadi sendu.

“Aku capek, kita duduk dulu yuk,” ujar Daizy dengan suara yang pelan membuat amarah Aldafi langsung lenyap.

“Aaaww,” rintih Daizy saat merasakan kakinya yang nyeri.

Aldafi langsung melihat ke arah kaki Daizy yang kotor dan penuh luka, bahkan ada darah di sana.

“Lo udah gila ya, jalan sejauh ini tanpa alas kaki ?!” tanya Aldafi dengan geram.

Daizy hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Aldafi menghembuskan nafas kesal melihat Daizy. Tanpa memberi aba-aba, ia langsung menggendong Daizy ala bridal style menuju ke arah kursi taman.

Daizy yang terkejut pun meminta Aldafi untuk menurunkannya, namun Aldafi tidak menghiraukannya dan terus saja berjalan ke arah kursi taman. Mereka berdua menjadi pusat perhatian saat ini, membuat Daizy malu dan akhirnya ia menyembunyikan wajahnya di pundak Aldafi.

Aldafi mendudukkan tubuh Daizy, lalu ia menatap Daizy dengan tajam membuat nyali Daizy menciut. Daizy menundukkan pandangannya dan memainkan ujung kaosnya.

“Kalau mau bunuh diri jangan di kolam air mancur, bukannya mati malah malu-maluin !” ujar Aldafi.

Daizy mendongakkan kepalanya, lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Aku enggak mau bunuh diri kok.”

“Kamu tahu dari mana aku ada di sini ?” tanya Daizy.

“Cuma tempat ini yang muncul di otak gue,” jawab Aldafi, “Lo ngapain sih tiba-tiba, nyusahin tahu gak ?!”

“Ssstt,” Daizy menaruh jari telunjuknya di depan bibir, lalu ia meraih tangan Aldafi dan menariknya agar Aldafi duduk di sampingnya.

“Kamu diam aja ya, aku lagi enggak mood dengerin orang marah,” ujar Daizy sambil menepuk pundak Aldafi dua kali.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang