Bab 80 The Last But Not Least

6.8K 251 52
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Mobil berwarna putih berhenti tepat di halaman rumah Aldafi. Seorang pria paruh baya, yaitu Genta, turun dari dalam mobil dan langsung berlari ke arah pintu penumpang. Ia membantu Aldafi keluar dari dalam mobil.

“Udah pah, enggak usah. Dafi bisa jalan sendiri kok,” ujar Aldafi yang melepas pegangan tangan Genta.

“Ya udah, papa bantu mama bawa barang-barang dulu ya,” pamit Genta yang langsung diangguki oleh Aldafi.

Aldafi celingukan ke kanan dan ke kiri berusaha untuk mencari sesuatu. Tiba-tiba Dito datang dari dalam rumah dan langsung menerjangnya hingga mereka hampir jatuh bersama.

“Apaan sih, lepas gak ?!” ujar Aldafi kesal.

“Lo nyariin gue kan, iya kan, lo pasti kangen sama gue kan ?” tanya Dito secara beruntun yang berhasil membuat Aldafi geram.

“Ogah gue kangenin lo !”

“Cih !” decih Dito. Ia berlalu dari hadapan Aldafi untuk membantu orang tuanya membawa barang-barang dengan muka yang masam.

“To, Daizy mana, dia kok enggak ikut jemput gue ?” tanya Aldafi karena sudah tidak tahan.

“Cieee, pasangan baru nyariin terus,” ledek Dito yang berhasil membuat pipi Aldafi memerah, “Katanya dia sibuk, enggak sempet jemput lo.”

Aldafi menghembuskan nafasnya pelan, ia merasa kecewa. Aldafi mengentakkan kakinya sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mendorong pintu dan....

“Welcome home Dafi !” teriak Daizy sambil meniup terompet.

Untuk turut memeriahkan, Sari melemparkan potongan-potongan kertas berwarna-warni.

Daizy berdiri di tengah-tengah balon yang sengaja mereka susun menjadi bentuk hati. Ia tersenyum dengan lebar ke arah Aldafi sampai matanya menyipit.

Aldafi yang terpesona dengan senyum Daizy, berjalan perlahan-lahan ke arah Daizy tanpa mengalihkan pandangannya dari Daizy.

“Rumahku,” ujar Aldafi, lalu ia memeluk Daizy dengan erat.

"Apa kamu bilang ?" tanya Daizy yang tidak mendengar ucapan Aldafi dengan jelas.

"Kamu rumahku dan sekarang aku sedang pulang."

Daizy memukul pundak Aldafi pelan. Ia berniat untuk memberi kejutan, malah sekarang ia yang sedang dikejutkan dengan ucapan Aldafi tadi, "Bisa aja kamu."

“Oh iya, maaf aku enggak ikut jemput kamu tadi,” ujar Daizy, "Kamu marah ?"

“Enggak, aku enggak marah. Aku tahu kamu pasti nyiapin kejutan buat aku.”

“Hmm masa sih, tapi tadi ekspresi cemberut kamu lucu tahu,” ujar Daizy sambil terkikik. Aldafi langsung melepas pelukannya, ia mengernyitkan keningnya melihat Daizy.

“Aku enggak cemberut,” ujar Aldafi yang marah, namun tampak menggemaskan. Ia terlihat seperti bocah di hadapan Daizy.

“Masa sih ?” Daizy mencubit pipi Aldafi saking gemasnya.

Dito melongo melihat dua orang yang asyik sendiri menghiraukan sekitarnya. Ia berdiri di samping Sari yang cengo sambil merangkul bak yang ia gunakan sebagai wadah potongan-potongan kertas tadi.

“Aku enggak nyangka Kak Dafi bisa kayak gitu juga ternyata,” ujar Sari.

“Gue juga, tadi aja sok keras. Di hadapan Kak Daizy kayak bocak TK !”

🍁🍁🍁

Daizy keluar dari kelasnya, ia mengambil handphone yang ia matikan selama pelajaran berlangsung.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang