Bab 59 Haruskah ?

2.4K 184 5
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Daizy mengeluarkan tangannya dari dalam selimut, ia meraih handphone yang ada di sampingnya dan melihat jam di handphonenya yang menunjukkan pukul 6 pagi. Daizy kembali membungkus seluruh tubuhnya di dalam selimut.

“Hari minggu gini enaknya lanjut tidur,” gumam Daizy dengan mata terpejam.

Suara nada dering telepon mengganggu tidurnya. Ia meraba-raba kasur dan kembali meraih handphonenya.

“Halo, siapa ya ?” tanya Daizy yang masih belum sepenuhnya sadar. Ia menerima telepon tanpa melihat siapa yang meneleponnya.

“Keluar sekarang juga, gue tunggu di depan rumah lo !” suara di seberang sana membuat tingkat kemalasan Daizy untuk bangun semakin bertambah.

“Biarkan aku tidur 1 jam lagi Dafi,” ujar Daizy.

“Cepetan bangun, kalau enggak ....”

“Iya-iya aku bangun !”

Daizy langsung beranjak dari tempat tidurnya. Ia melempar handphonenya ke sembarang arah dan langsung masuk ke kamar mandi. Di dalam kamar mandinya, Daizy berdiri di depan cermin dan melihat pantulan dirinya.

“Mata aku berat banget sih, enggak bisa dibuka,” gumam Daizy sambil menarik paksa kelopak matanya yang sembab.

🍁🍁🍁

Daizy berjalan menghampiri Aldafi yang memang sudah berdiri di depan gerbang rumahnya. Aldafi tidak mengetahui kedatangan Daizy karena ia menghadap ke arah jalan.

“Daf,” Daizy menepuk pundak Aldafi dan hal itu membuat Aldafi kaget. Daizy yang melihat Aldafi terlonjak pun akhirnya ikut terkejut.

“Kenapa sih ?” tanya Daizy, ia mengerutkan dahinya.

“Ini Daizy ?” Aldafi malah balik bertanya. Daizy yang ditanya seperti itu pun seketika menjadi kesal.

“Ya iyalah, emang ada dua Daizy di dunia ini ?” Daizy melipat kedua tangannya di depan dada, “Kenapa minta aku keluar ?”

Sebelum mengatakan sesuatu, Aldafi memasukkan tangannya ke dalam saku. Ketika ia akan mengeluarkan sesuatu, Daizy menghentikannya.

“Bentar,” ujar Daizy.

Daizy langsung memegang kening Aldafi. Ia membandingkan suhu tubuh Aldafi dengan suhu tubuhnya sendiri.

“Hangat.”

“Ya iyalah, kalau dingin itu mayat !”

Daizy menatap Aldafi dengan tatapan horor. Bisa-bisanya Aldafi mengatakan kata 'mayat' dengan mudahnya.

“Kirain udah berubah, kemarin sweet banget sih,” batin Daizy, wajahnya cemberut sekarang.

“Nih, kirain kamu bakalan demam, jadi aku buatin air jahe,” Daizy memberikan sebotol air jahe hangat ke Aldafi.

Aldafi tidak langsung mengambil botol itu. Ia malah menatap Daizy dengan lekat dan sangat lama membuat Daizy menjadi salah tingkah.

“Dafi, kenapa ?” Daizy mengibaskan tangannya di depan wajah Aldafi. Aldafi tampak baru sadar dari lamunannya.

“Oh, makasih,” ujar Aldafi sambil mengambil botol itu. Lalu, Aldafi berniat mengambil sesuatu dari sakunya, namun Daizy kembali menghentikannya.

“Enggak usah, luka aku udah diobati kok,” Daizy menunjukkan telapak kakinya yang sudah ia obati. Daizy bertekad untuk tidak merepoti Aldafi lagi, ia takut akan menjadi sangat bergantung kepada Aldafi dengan semua bantuannya.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang