Prolog

17.9K 684 89
                                    


Happy Reading ❤️

.
.
.
.
.
"

"Kemarin malam ditemukan seorang perempuan dalam keadaan tidak sadarkan diri di tempat karaoke daerah XXXX. Polisi mengatakan jika korban adalah anak dari kepala kepolisian pusat. Saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan, pelaku yang mencoba melakukan percobaan pembunuhan sedang dalam pencarian polisi. Diduga pelaku adalah teman laki-laki korban sendiri."

Seorang laki-laki yang sedang melihat siaran berita di televisi, tiba-tiba memeluk leher seorang gadis yang berada di sebelahnya dengan sedikit erat. Sontak gadis tersebut terkejut, ia memukul-mukul tangan laki-laki tersebut.

"Aduh sakit, lepasin Kak Galang !"

"Enggak !"

Laki-laki yang dipanggil Galang tadi tidak melepaskan pelukannya. Karena dirasa Galang tidak akan melepaskan pelukannya, gadis tersebut mencubit perut Galang.

"Aww," Galang melepaskan pelukannya, ia mengelus perutnya yang sakit akibat cubitan gadis tersebut.

"Kok kakak dicubit sih, Daizy ?" kini giliran Galang yang mencubit pipi Daizy dengan gemas.

"Kakak sih enggak mau ngelepasin pelukannya, engap tahu !"

"Kakak kan khawatir sama kamu, apalagi dengar berita-berita kayak begitu."

"Aku kan enggak ke mana-mana kak, kakak parnoan banget sih !"

"Iya kamu enggak ke mana-mana waktu ada kakak, tapi kalau kakak pergi kerja kan kamu bisa ke mana-mana, apalagi sekarang kamu udah lulus dan mau kuliah," Galang kembali memeluk Daizy, "Enggak usah kuliah deh, di rumah aja ya."

Daizy melepaskan diri dari pelukan Galang, ia menampilkan wajah cemberutnya.

"Enak aja, kakak bisa keluar ke mana-mana sedangkan aku dikurung di rumah. Enggak, enggak bisa !"

"Ini kan demi keselamatan kamu."

"Oh, jadi kakak membiarkan aku dalam kebodohan dan enggak tahu apa-apa, gitu ?"

"Ya, enggak gitu," Galang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu ia menghela napas, "Oke-oke, tapi inget kata-kata kakak, kamu jangan dekat-dekat sama cowok asing, meskipun tampangnya baik, jangan langsung percaya, karena penjahat yang rapi lebih berbahaya."

"Tapi kalau ganteng boleh dipertimbangkan lah," Daizy memegang dagunya tanda berpikir.

Galang yang melihat tingkah adiknya jadi sedikit geram. Ia menarik tangan Daizy lalu mengapit kepalanya di lengannya.

"Udah ngerti cowok ganteng aja ya ?" Galang bertanya dengan nada sedikit kesal.

"Iya dong, haha !"

Daizy tiba-tiba terdiam saat melihat televisi, wajahnya menjadi sendu. Galang yang tidak mendengar tawa adiknya melihat ke arah Daizy.

"Kenapa kamu tiba-tiba diem ?"

Galang melepas apitannya, lalu Daizy duduk sambil memeluk kedua kakinya.

"Lihat tuh, ayah si korban nangis sambil meluk anaknya," Daizy tersenyum kecut ketika mengatakannya.

Galang melihat ke televisi, dia pun tersenyum kecut. Galang mengelus ujung kepala adiknya.

"Jangan sedih ya, kan ada kakak. Kakak pasti akan jagain kamu."

Daizy menatap Galang dengan mata berkaca-kaca.

"Kakak enggak kangen ayah ?" Daizy menahan air matanya agar tidak keluar, "Mungkin aku aneh, tapi aku kangen."

Daizy berpikir dirinya aneh karena merindukan seseorang yang tidak pernah ia temui, bahkan dia tidak tahu bagaimana wajah ayahnya sendiri. Namun rasa rindu sering kali menghampiri Daizy di kesunyian malam.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang