Bab 53 Perjanjian 1 Bulan

2.4K 190 6
                                    

.
.
.
.
.
Hai, aku double up nih. Seneng gak ?
Semoga seneng dehh...
Happy Reading❤️

“Setelah ngelakuin kesalahan, lo berlagak polos ?” Aldafi menatap Daizy tidak percaya, “Hebat !”

Daizy merasa semakin terpojok. Otaknya kembali tidak berfungsi untuk mengingat apa saja yang telah ia perbuat.

“T-tapi aku beneran enggak tahu, aku ngelakuin apa ?” Daizy merasa gelisah, “Emangnya aku harus tanggung jawab ke siapa ?”

“Gue lah, emang sebelumnya lo pernah ngelakuin ke orang lain ?” tanya Aldafi, ia menaikkan satu alisnya, menatap Daizy curiga.

“Enggak, beneran enggak !” elak Daizy yang semakin merasa terpojok.

“Memangnya aku ngapain kamu ?” tanya Daizy dengan suara pelan.

“Lo !” Aldafi menunjuk Daizy, “Udah lihat tubuh gue dan ngerenggut kesuciannya !”

Daizy menautkan alisnya, ujung bibirnya berkedut. Ia merasa aneh dengan situasi saat ini. Bukankah ini seperti terbalik ?

“Tunggu, kan seharusnya yang bilang gitu aku,” ucap Daizy.

“Emang gue ngapain lo ?”

“Enggak ada sih, tapi kan ...,” Daizy tidak dapat menemukan kata-kata yang pas untuk mengungkapkan pikiran yang bersarang di otaknya, “Setidaknya jangan pakai kata-kata itulah !”

“Terserah gue dong. Pokoknya lo harus tanggung jawab !”

Daizy menatap Aldafi dengan kesal. Lagi pula ia tidak sengaja, tidak ada niatan sama sekali untuk dia melihatnya.

“Tanggung jawab apa ?” tanya Daizy dengan terpaksa.

Aldafi tampak sedang berpikir dengan serius. Jantung Daizy berdetak dengan kencang karena takut Aldafi akan meminta sesuatu hal yang aneh, seperti teriak-teriak di tengah jalan contohnya.

“Lo ...,” Aldafi menggantungkan ucapannya, “Harus nurutin semua perkataan gue selama 4 minggu.”

Tentu saja Daizy sangat terkejut mendengarnya. Ini lebih mengerikan dari apa yang dia bayangkan. 4 minggu itu waktu yang sangat lama.

“Kalau aku enggak mau ?” tantang Daizy.

“Hmm, gue bakal bilang ke ibu lo kalau anaknya mesum. Bukan cuma itu, gue juga bakal nyebarin ke seluruh kampus,” Aldafi tersenyum miring.

Daizy bergidik ngeri mendengar ancaman Aldafi. Sudah setengah tahun Daizy mengenal Aldafi, ia tahu jika melakukannya adalah hal yang mudah bagi Aldafi. Karena apa, karena dia tidak punya hati !

“Y-ya udah, tapi 2 minggu aja ya, please,” Daizy menampilkan puppy eyesnya berharap Aldafi akan luluh.

“Enggak,” Aldafi menggelengkan kepalanya acuh.

Daizy cemberut, ia menundukkan kepalanya dengan kesal.

“Dua minggu lebih lima hari deh,” tawar Daizy, ia masih belum menyerah.

“Bawel banget sih, ya udah 1 bulan !”

“Oke. Hah, apa ?” Daizy baru menyadarinya, “Apa bedanya sama 4 minggu ?”

Aldafi hanya mengedikkan bahunya acuh, sedangkan Daizy menggeram kesal.

“Brarti udah deal,” ujar Aldafi, lalu ia pergi dari hadapan Daizy. Namun, ia kembali menoleh setelah maju beberapa langkah.

“Ingat, selalu stand bye kapan pun gue panggil lo !”

Daizy berteriak kesal melihat Aldafi, ia menendang angin saking kesalnya. Daizy tidak bisa melawan karena ancaman Aldafi yang terlalu membahayakan.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang