pengorbanan

493 66 0
                                    

Jeffry Aghata Bucin Djung, kembali dengan Jeffry yang terus mengejar Tama meskipun ia tau bahwa nyawanya mungkin akan menjadi taruhannya. Lihat saja ia sekarang yang berencana untuk "mampir" kerumah Tama.

Tama<3

  Tama?|
Dimana?|

Jeffry meletakkan ponselnya setelah ia mengirimkan pesan kepada Tama, ia mengendarai mobilnya menuju ke arah rumah Tama saat ponselnya berdering.

Ting
Ting
Ting

Tama<3

|Dirumah kak, kenapa?
| Jangan kesini dulu kak
| Banyak yang ganggu
| Nanti aku cari celah buat keluar deh

Kamu gapapa kan?!|
Ada Theo disana?|
Saya kesana ya?|

|Theo lagi keluar kak
| Aku gapapa
|Gausa kesini, aku bisa beresin semuanya

Tetep aja saya khawatir|
Saya kesana bawa polisi gimana?|
Eh, jangan deh|
Bawa anak buah saya gimana?|

|Kak! gausah kesini!
|Share aja lokasinya kesini
|Biarin mereka aku yang urusin
|Jangan lapor polisi atau bawa siapapun
| Kalo kakak lapor berarti kakak mau liat aku di hukum mati

Yah, tentu saja Djung bucin ini akan pusing bukan main ia langsung menghentikan mobilnya mendadak membuat keramaian di belakangnya.

Jeffry berpikir keras, ada apa sebenarnya dengan Tama? mengapa hidupnya di kelilingi oleh manusia sampah yang berniat membunuhnya?

Jeffry mengirimkan lokasi strategis kepada Tama, ia berencana mampir untuk membeli Betadine dan plester, Karena Tama pasti akan datang dengan luka.

  

Sementara itu di tempat lain, Tama sudah siap dengan pakaian serba hitam miliknya, jaket leather dan tentunya helm full face dan motor kesayangannya.

Tama sedang menghitung jumlah orang yang dengan beraninya menyandera dia secara tidak langsung ini, Yang benar saja sejak pagi meraka tetap disana. Awalnya ia mengira bahwa mereka anak buah Felix tapi saat Tama bertanya Felix bilang bukan.

"Orang tolol mana yang mikirin rencana kaya gini? mereka cari mati atau gimana si?" Tama menggunakan sarung tangan miliknya lalu bersiap keluar.

Ia bersiap diatas motor kebanggan miliknya, tak perduli dengan biaya perbaikan rumahnya nanti ia langsung menancapkan gas nya sekuat tenaga membuat hancur pagar rumahnya dan pagar itu berhasil mengurangi jumlah lawany, dua orang yang berdiri di depan pagar rumah Tama tertimpa dengan sangat keras.

Tama terus menjalankan motornya, ia melihat dari kaca spion ada tiga pemotor yang membawa pistol jarak jauh yang siap menyerangnya kapanpun, dan benar saja!

DUARR
DUARR

"Bodoh, mereka pikir aku akan mati dengan mudah?" Peluru itu memang menengai tubuh Tama tapi sayangnya jaket milik Tama itu anti peluru.

Tapi karena Tama tak ingin mereka mengikuti Tama sampai ke tempat Jeffry ia berpura pura terjatuh dari motornya guna menipu ketiga orang yang mengikutinya.

Tama dapat mendengar tawa mereka begitu melihat Tama yang terjatuh dan tertimpa oleh motornya, mereka turun dan mendekati Tama untuk membawa tubuh Tama ke "Boss" mereka.

"Gotcha!" Setelah ketiga orang itu cukup dekat dengannya Tama dengan cepat mendendang tubuh seseorang yang akan memegangnya.

"Kalian pikir aku sudah mati? haha bodoh!" Tama bangkit berdiri, tangany dengan cepat merogoh kantong celananya dan mengeluarkan senjata miliknya dan menodongkan senjata miliknya tepat di kepala salah satu orang itu.

"Mundur!" Tama maju selangkah demi selangkah dan membuat lawany mundur, mengapa tidak melawan padahal jumlah mereka lebih banyak? karena mereka tau kalo Tama tidak akan mati hanya dengan peluru mereka.

"Bagus, letakan senjata kalian! cepat!" Ucap Tama, ketiga orang itu langsung melemparkan senjata mereka ke jalanan lalu mengangkat kedua tangannya.

Tama mengambil semua senjata milik mereka, ia terus maju sampai mendekati motor orang orang tersebut.

"Diam disini! jangan ada yang ngikutin gue!" Ucpa Tama tegas.

DUARR
DUARR
DUARR

Tama menembak kaki ketiga orang itu, ia masih memiliki perasaan untuk tidak membunuhnya. Teriakan orang orang itu menggema di telinga Tama ia hanya menyunggingkan senyumnya sedikit.

Tama kembali ke motornya, ia mengangkat motornya lalu kembali melesatkan motornya menuju tempat tujuannya.

Setelah sepuluh menit ia tiba di tempat yang Jeffry kirim, sebuah padang rumput? di tengah-tengah kota? Terkadang Tama heran bagaimana caranya Jeffry tau tempat tempat indah seperti ini.

Ia melihat mobil Jeffry terparkir di salah satu sisinya, ia tidak melihat Jeffry di manapun. Tama mendekati mobil Jeffry, saat ia mengintip masuk ke dalam mobil Jeffry betapa terkejutnya Tama melihat Jeffry bersimbah darah!

"Kakk!!" Tama mencoba membuka pintu mobilnya, terkunci! bagaimana mungkin? Semua skenario terburuk melintas dipikiran Tama.

"Sialan" Tama akhirnya memecahkan kaca mobil tersebut, keuntungan yang ia miliki sekarang ialah badannya kecil dan lentur ia dapat masuk melewati jendela mobil milik Jeffry.

Seakan akan Jeffry tau ia akan terluka saat Tama menemukan dirinya, Jeffry berada di kursi penumpang berusaha menahan kesadarannya.

"Ta- ma" Suara Jeffry terdengar terlalu berat hingga Tama hampir tak dapat mendengarnya.

"Kakak diem! aku udah bilang jangan ketempatku dulu, tapi kakak bandel gamau dengerin pasti kakak tadi ketempatku dulu kan?!" Tama menatap wajah Jeffry yang pucat karena sepertinya ada dua atau lebih luka tembakan.

Jeffry hanya mengangguk lemah, ia tak punya tenaga untuk menjawab pertanyaan Tama, kepalanya sudah sangat pening ia ingin tidur tapi suara Tama menggema di telinganya.

"Kak jangan tidur!" Tama sedang mengendarai mobil Jeffry, ia berusaha untuk membuat Jeffry tetap sadar dengan terus memanggil Jeffry.

Mari berterimakasih karena skill menyetir Tama tak perlu diragukan lagi, dalam tujuh menit mereka sudah sampai di rumah sakit terdekat, Tama keluar dari mobilnya dan berusaha mencari perawat yang bertugas.

Sementara Jeffry sedang berada di ambang kesadarannya ia bisa mati jika ia tertidur tapi matanya terlalu berat untuk terbuka.






























A.s

Gajelas ya? aku mau bawa kemana aja bingung :(

Gajelas ya? aku mau bawa kemana aja bingung :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang