Tama sedang berada di kampus tempat kejadian penembakan itu, ia harus datang langsung untuk memundurkan diri dari kampus itu sebagai mahasiswa dan ia juga berdonasi untuk pemulihan mental mahasiswa yang trauma akan kejadian itu.
Sesaat setelah keluar dari ruangan dosennya hp Tama bergetar.
Saat membaca pesan tersebut ia sudah tau siapa orangnya, Jeffry. Ia hapal betul typing lelaki bongsor itu.
Ia sebenarnya merindukan laki laki itu tapi apa daya rasa bencinya masih lebih besar daripada rasa cintanya.
Ia pasrah, kali ini ia membiarkan egonya kalah. Ia juga merindukan Jeffry, tidak ada salahnya bukan bertemu dengan dirinya?Setelah menyelesaikan masalah di kampus Tama, ia dan Theo pergi ke rumah lamanya. Mereka harus membereskan barang-barang mereka karena mereka tak akan tinggal disini lagi.
"Gue cabut dulu ya"
"Mau kemana Le?" Tanya Theo.
"Ketemu sama Jeffry" Tama bersiap dengan menggunakan jaket kulit miliknya, ia mengusak rambutnya perlahan.
"Gue iku —"
"Ga ada, gue udah janjian sendiri aja jadi lu disini aja! in ini perintah!" Tama tak mengizinkan Theo berbicara sepatah katapun ia langsung memakai helm full face miliknya lalu melesatkan motornya menuju ke gedung kosong yang Jeffry maksud.
Tama melepaskan helm full face miliknya, ia masuk ke dalam gedung itu menaiki tangga hingga keatap gedung tersebut.
Atapnya tak sepenuhnya terbuka ada separuh bagian yang tertutup, ia menyenderkan tubuhnya di tembok usang dan memperhatikan punggung Jeffry yang sangat ia rindukan itu.
"Ada apa?" Suara Tama yang dingin dan datar seperti tak ada emosi atau rasa apapun terdengar sangat menyakitkan untuk Jeffry."Tidak berniat untuk meminta maaf? kau membakar pabrikku manis" Jeffry membalikkan tubuhnya dan menghadap Tama Ia menggunakan pakaian casual dengan rambutnya yang sedikit berantakan dan memegang sebatang rokok di tangan kanannya.
"Lo ngebunuh anak buah dan sepupu gue" Tama terkekeh, minta maaf katanya? apa ia tak salah dengar?
"Kerugian saya hampir 5 miliar karena kejadian itu!" Ia berusaha tetap tegas meski hatinya hancur mendengar perkataan Tama.
Tama menggeretakan giginya, ia mengangkat kepalanya dan menatap mata Jeffry dengan tatapan maut miliknya.
GREPP
Kerah pakaian Jeffry sudah berada di tangan Tama, is mencekik lelaki itu cukup keras hingga lehernya memerah!
"Apa lo tau?? anak buah gue yang lo bunuh itu orang orang terpintar di pekerjaannya! biaya pendidikan mereka semua jika di total 15 milliar" Tama mendekatkan wajahnya ke telinga Jeffry lalu membisikkan sesuatu.
Jeffry hanya tertawa mendengarnya, ia menatap netra Tama yang sebenarnya sangat ia rindukan.
"Berharaplah kekurangan dirimu tak membuat diriku untung manis" Jeffry tersenyum tipis.
"Aku tau kau mempunyai rahim cantik" Tama menggeretakan giginya, ia mendorong tubuh bongsor laki laki itu.
DUGHH
Kepala bagian belakang Jeffry menghantam dinding dengan cukup keras, ia hanya meringis saat merasakan kepalanya menghantam dinding itu.
"Gue bilangin sama lo ya, lo jangan pernah berusaha ngancem gue pake kekurangan gue! gausa jadi pengecut lo bajingan!" Tama mendorong tubuh itu dengan keras, ia mencoba untuk mengendalikan dirinya.
"Sekali lagi lo nyebut tentang masalah itu gue gak segan segan buat bunuh lo pake tangan gue!" Tama membalikkan badannya, ia hendak pergi sebelum mendengar perkataan Jeffry.
"Sebaiknya kamu yang berhati-hati, dan berdoa lah agar spermaku tidak berkembang dalam rahimu haha" Jeffry mengakhiri perkataannya dengan sebuah tawa mengejek.
Ia menghampiri Tama, menampilkan seringainya terhadap Tama. Ia memegang lembut dagu Tama dan menatap netra legam miliknya.
"Aku juga tak akan diam saja manis"
Chuup
Sebelum Jeffry pergi, ia mencuri satu kecupan di bibir Cherry Tama lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
A.s
Oke next kita konflik beneranya wkwk maaf kalo gajelas ya
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten