PLAAKKKK
"Apa apaan kau ini Lee Taeyong?! tidakkah cukup kau mempermalukan ayahmu dengan masuk rumah sakit jiwa?! baru saja kau keluar dan kau sudah membunuh 25 orang gangster? apa kau gila?" Tuan Lee Jaejoong menampar Taeyong dengan sangat kuat, hingga tubuh mungil Taeyong tersungkur. Umurnya baru saja menginjak 17 tahun beberapa bulan yang lalu ia di pulangkan dari rumah sakit jiwa karena keadaannya yang memang sudah membaik setelah dua tahun di rehabilitasi disana.
"Yaa aku memang gila! kenapa? aku mencari pembunuh ibuku yang ayah tak pernah mau memberi tahukannya padaku!" Tama melemparkan tatapan sinisnya kepada ayahnya, sudah dua tahun semenjak kejadian itu namun ayahnya tak pernah sekalipun mengunjunginya dan tak pernah mau berbicara dengannya!
Hanya Theo yang sesekali mengunjunginya dan Yera yang beberapa kali datang untuk melihatnya. Karena dukungan mereka juga rehabilitasi Tama menjadi lebih cepat dari perkiraan.
"Dimana Chanyeol hyung?! biar ku bunuh dia!" Tama mengelilingi rumah masa kecilnya, sudah dua tahun ia tidak menginjakkan kakinya di sini dan sekarang ia kembali dengan tubuh penuh darah.
"Taeyong!!" Theo berlari dari lantai atas, ia mendengar kabar bahwa kakak sepupunya sudah kembali dari pengobatannya.
Tama berhenti bergerak ketika menerima suara Theo, ia sangat malu memperlihatkan dirinya yang berlumuran darah pada Theo yang masih berusia 16 tahun saat itu.
"Jangan mendekat, jangan dekati aku Theo" perkataan Tama membuat Theo menghentikan langkahnya.
"Ada apa Taeyong? kenapa aku tak boleh mendekati dirimu? apa kau marah padaku karena tak menjemputmu?" Tama menggelengkan kepalanya.
"Tidak, bukan seperti itu"
BRUKKK
Tubuh Tama terhuyung, Theo memeluknya dengan erat dari belakang.
"Aku sudah mengetahuinya jadi tak perlu merasa malu denganku, aku merindukan dirimu bodoh! mengapa kau tak sembuh lebih cepat?! kedua adikmu sudah dewasa sekarang!" Ucapan Theo membuat Tama mengulum senyum.
Hal yang membuat ia semangat menjalankan rehabilitasinya adalah Yera dan Theo, semenjak mendengar kenyataan bahwa ayahnya sudah membuangnya ia sudah tak memiliki alasan untuk hidup lagi.
Namun karena kedua adiknya ini yang selalu berusaha meyakinkan bahwa Tama bisa bangkit dan membalaskan kematian ibunya, ia menjadi kuat dan yakin untuk sembuh total dari semua gangguan mental yang ia miliki.
"Dimana Yera?" Tanya Tama, Theo menarik tanhan Tama dan membawanya pergi meninggalkan ayahnya yang bahkan tak perduli dengan putranya.
"Dia sedang sekolah, sekarang ayo temui ayah dan ibuku mereka pasti merindukan dirimu juga!"
"Mengapa kita ke taman belakang? bukankah mereka seharusnya berada di kantor?" Ucap Tama saat Theo menariknya untuk pergi ke taman belakang rumah mereka.
"Ayah dan ibuku sudah meninggal beberapa bulan setelah ibumu meninggal, aku tau Chanyeol hyung yang merencanakan semuanya. Dia ingin semua anggota keluarga Lee mati atau kehilangan syarat untuk melanjutkan perusahaan Paman Jaejoong dan membuat Chanyeol hyung menjadi satu satunya orang yang mampu mewarisinya tapi tentu saja semua orang kepercayaan kakek kita dan semua orang yang berada di Crëscenzo famiglia tidak ada yang menyetujui hal itu, banyak orang-orang terpercaya kakek yang berada di Italia dan Amerika sedang berusaha keras untuk menemukan Chanyeol hyung dan membunuhnya tapi keberadaannya justru tak pernah bisa dilacak hingga saat ini" Ucapan Theo membuat Tama menjatuhkan rahangnya, bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi dalam kurun waktu dua tahun?
"Hai, mommy and daddy!" Theo mendudukkan dirinya diantara dua gundukan tanah yang berada di halaman belakang rumah keluarga Lee.
"Hai, bibi dan paman. Maaf aku tak bisa membantu kalian" Tama menundukkan dirinya sebagai tanda penghormatan kepada paman dan bibinya.
"Taeyong, kita akan bagaimana?" Ucap Theo.
"Kita akan membahasnya secara lebih dalam lagi nanti, omong omong apa kau punya permen?" Theo mengerutkan keningnya.
"Sejak kapan kau menyukai permen?" Tanya Theo.
"Dokterku mengatakan jika aku merasa sedih, marah lebih baik aku memakan permen untuk mengalihkan emosiku semenjak beberapa bulan yang lalu dia memulai terapi itu padaku" Tama hanya menggidikan bahunya.
"Setelah menyelesaikan sesuatu ayo kita pindah dari Korea, aku tak tahan berada disini. Semua sudut negara ini berisikan kenangan akan ibuku" Ucapan Tama mendapatkan respon positif dari Theo.
A.s
untuk pergantian nama Tama dari Taeyong ke Tama itu aku gabakal bikin chapter khusus tapi aku jelasin sedikit aja.pergantian nama dia itu seperti halnya buang sial kalo di Indonesia mah, jadi dia memutuskan untuk mengganti namanya agar tidak mengenang kembali kematian ibunya dan kejadian kelam yag yang ia alami di Korea, karena nama Taeyong sendiri ialah nama yang ibunya berikan untuknya.
Sedih votenya ga naik juga:(
20 aja gaada:'
tapi gapapa deh, happy sunday buat kalian<3
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten