Tama mendesis pelan, kepalanya terasa pening bukan main. Ia baru mengetahui bahwa dirinya hamil beberapa hari yang lalu saat seorang dokter datang untuk mengobati luka lukanya dan memberitahukan hal itu pada dirinya.
Sebenarnya ia sudah mengecek hal itu sebelum ia bertemu dengan Jeffry tetapi dia belum melihat hasilnya. Tama berada di dalam sebuah kamar sepetak yang sepertinya berada di ruang bawah tanah, dengan dua penjaga di depan selnya yang sering kali menyiksa dirinya tapi belakangan ini mereka hanya memperhatikan Tama dari luar sel dikarenakan Tama yang sudah tersiksa dengan kehamilannya.
"Akhh.." Ia memegangi kepalanya, ia tak mengerti harus berbuat apa, tubuhnya sudah semakin kurus meskipun perutnya sudah mulai membesar. Ada banyak luka-luka di tubuh mungilnya dan jangan lupakan banyaknya bekas jahitan di tubuhnya dan yang menonjol adalah di bagian wajahnya ia memiliki bekas jahitan di pipi sebelah kanannya itu di akibatkan oleh kuku Taeyeon yang mencakar wajahnya.
Tapi ia tetap terlihat cantik meskipun dengan luka sebanyak itu.
"Berhenti mengeluh atau aku akan menyiksamu" Ucap salah seorang penjaga.
Tak lama setelah itu seorang bertubuh jangkung masuk ke dalam ruang bawah tanah itu, kedua penjaga itu membungkukkan badannya kearah lelaki itu.
"Malam tuan Christian" Ucapannya berhasil menarik perhatian Tama, ia melirik kearah luar sel miliknya dan mendapati Chanyeol yang ia kenal selama ini.
"Chanyeol hyung..?"Tama memanggil lelaki jangkung itu meskipun ia tidak mendapatkan respon apapun, Chanyeol masuk kedalam sel Tama dan melihat bahwa kaki Tama di rantai begitu juga kedua tangannya di borgol, borgol itu hanya di lepas ketika ia makan ataupun mandi jadi sekarang di tangan dan kaki putih milik Tama memiliki bekas belenggu yang memerah dan mungkin akan sulit untuk hilang.
"Berhenti memanggilku seperti itu, kita bahkan bukan saudara" Ketus Chanyeol, walaupun sebenernya ia berbohong dikarenakan ia dan Tama sangatlah dekat sebelumnya.
Mereka selalu bersama karena Tama yang selalu menjadi kakak tertua ketika Chanyeol datang ia memiliki seorang kakak dan hal itu membuat Tama sangat senang sebenernya!
"eumm... maaf, aku tidak akan mengulanginya" Tama menundukkan kepalanya, ia bahkan tak berani menatap Chanyeol yang sudah 180° berubah dari terakhir ia melihat kakaknya itu.
"Kau hamil?" Ucap Chanyeol singkat, dan Tama hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Anak Jeffry?" Pertanyaan selanjutnya dari Chanyeol tak mendapatkan jawaban apapun dari Tama.
"Hmm, berarti benar" Tama justru memundurkan tubuhnya dan bersandar pada tembok dibelakangnya, ia tak tau harus bersikap seperti apa saat ini.
"Menurutmu mengapa kami tidak membunuhmu?" Chanyeol kembali bertanya kepada Tama, ia ingin tau jawabannya.
"Karena uang? entahlah, aku sudah tidak mengharapkan apapun lagi. Aku dan anakku masih hidup saja sudah cukup untukku" Tama menghela nafasnya panjang, ia benar-benar sudah tidak memiliki sebuah harapan. Ia menyerah pada keadaan ini.
"Kau berubah rupanya..."
"Untuk apa aku terus berjuang? ketika aku melawan kalian, kalian akan menyiksaku lebih parah dari sebelumnya. Bukankah lebih baik jika aku menuruti keinginan kalian? aku berhasil hidup tanpa luka baru ketika aku mengikuti perintah kalian bukan!" Tama berteriak dihadapan Chanyeol, ia mulai terisak. Emosinya sedang tidak stabil di tambah kepalanya masih pusing dan ia masih mual mual sejak tadi pagi.
"Kau hanya perlu mengingatnya.." Gumam Chanyeol.
"BAGAIMANA BISA AKU MENGINGAT HAL ITU?! APAKAH KAU TAU BAHWA AKU DI RAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA SELAMA SATU SETENGAH TAHUN??! HIKSS.. AKU BAHKAN PINDAH DARI KOREA KE INDONESIA KARENA AKU INGIN MEMULAI HIDUP BARUKU DISINI! SEPULUH TAHUN AKU BERJUANG" Nafas Tama mulai tak beraturan, wajahnya memerah karena marah ia mulai tak bisa mengendalikan emosinya.
"SEPULUH TAHUN! KAU PIKIR ITU ADALAH WAKTU YANG SINGKAT? AKU BARU BERUSIA 17 TAHUN SAAT AKU DATANG KESINI! DISAAT SELURUH KELUARGA KU MENGATAKAN AKU GILAAA AKU BERJUAN SENDIRIAN! HIKSS... KALIAN BAHKAN TAK PERNAH MEMIKIRKAN DIRIKU! TAPI KALIAN SELALU MENYALAHKAN PERBUATAN YANG ORANG TUAKU LAKUKAN KEPADAKU!?" Ia menagis tak terkendali, matanya merah dan pipinya sudah basah oleh air matanya, Chanyeol memundurkan tubuhnya dan ia pun ikut meneteskan air matanya.
"Aku sudah... melakukan apapun untuk membuat diriku mengingatnya..hikss, tapi aku tidak bisaa aku tidak bisaa!!!" Tama menjatuhkan dirinya di lantai, ia tak bisa menahan beban tubuhnya sendiri.
"Kau.. kau selalu menyalahkan semuanya padaku, padahal aku selama ini berusaha untuk mencari kebenaran bahwa bukan kau pelaku pembunuhan eommaku... hikss" Ia terbata-bata mengatakan kalimat terakhirnya, Chanyeol sudah tak tau harus mengatakan apa.
"Saat kejadian yang selalu kalian katakan itu adalah kesalahanku.... hikss, usiaku bahkan baru sembilan tahun, bagaimana mungkin aku mengerti bahwa orang tuaku membantai keluargamu?!" Jelas Tama, ia akan berusaha untuk menjelaskan semua yang ia ingat di kepalanya.
"Kau, kau menyekap diriku seperti ini bahkan berhasil membuat diriku gila aapkah tidak cukup untukmu?... aku, aku kemungkinan besar akan kehilangan syarat menjadi ahli waris keluarga Lee dan semua harta ayahku mungkin akan turun ke anakku" Ucapan Tama terhenti di kata "anakku".
"Itupun kalau dia kuat hidup di dalam rahimkku ketika kalian semua menyiksaku dan mengharap untuk kematiankku setiap saat.." Tama berusaha mengatur nafasnya, ia harus tenang dan berusaha memikirkan janin yang ada didakam rahimnya ini.
"Aku sudah tak perduli dengan kejadian itu, aku hanya akan berusaha untuk bertahan hidup disini sampai Theo berhasil menemukan diriku" Ucap Tama final sebelum ia kembali kehilangan kesadarannya, ia sering sekali kehilangan kesadarannya dikarenakan kurangnya asupan dalam tubuhnya.
A.s
Triple update! aku lagi senggang jadi mau kasih kado natal buat kalian hehe, setelah ini udah mau puncak konfliknya dan Tama back to Jeffry 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten