jangan pergi

462 56 3
                                    

Jeffry masih memeluk Tama dengan erat, tak perduli dengan fakta bahwa mereka menjadi pusat perhatian disana.

"Jangan pergi, kenapa kamu tinggalin saya?"Gumam Jeffry.

"Maaf, harusnya saya bisa jagain kamu bukan malah bikin kamu pergi" Jeffry mengusap kepala Tama, Tama masih diam tak bergeming.

"Maafin saya, harusnya saya jadi penopang kamu bukanya beban buat kamu. Maafin saya Tama" Jeffry terus menerus mengucap kata maaf ke Tama.

"Kak, udah please.. Ini bukan salah lo. Ini emang dunia nyata gue yang ga bisa gue hindari kak, lo baru kenal sama gue beberapa bulan dan lo hampir mati karena lo deket sama gue! apa itu ga bikin lo takut?!" Jeffry menggelengkan kepalanya, ia tak takut sama sekali.

"Kita gak jauh berbeda Tama, lagi pula gaada yang perlu saya takutkan! bukankah kamu yang bilang kalau mencintai saya bukanlah sebuah kesalahan namun keadaan kita yang membuatnya menjadi rumit, sekarang giliran saya yang mengatakannya pada dirimu" Jeffry melepaskan pelukannya ia menatap Tama.

"Biarkan saya mencintai dirimu, jika takdir kita membuat keadaan menjadi rumit maka saya akan menemani dirimu untuk membuat keadaan yang rumit menjadi  lebih baik" Tama hanya menggelengkan kepalanya, ia semakin bingung sekarang. Ia tak bisa terus melibatkan Jeffry.

"Saya beliin permen tiap hari untuk kamu, rokok juga, keripik ubi juga everytime" Ucap Jeffry.

"Oke setuju, kakak bisa deket aku lagi" Tama hanya tersenyum tipis, sementara semua pegawainya sudah menepuk  kepala mereka mendengar perkataan Tama yang aneh itu.

"Hyung! apa kau gila?!" Felix berteriak dari arah belakang Tama karena mendengar perkataan Tama yang nyeleneh tersebut.

"Dia mau kasih gue permen, rokok sama keripik ubi ya kali gue nolak" Tama merotasikan matanya dan mengangkat bahunya.

"Nyawa anda hanya seharga ketiga barang tersebut kah? hingga anda rela menukarkannya?" Ucap Felix kepada Jeffry.

Tama diam, ia menatap Jeffry dan menunggu jawabannya. Jeffry hanya menggelengkan kepalanya.

"Bahkan jika saya harus memberikan nyawa saya untuk Tama pun saya berikan" Ucap Jeffry dengan santai, perkataan Jeffry sontak membuat Felix menampakkan seringainya.

Jeffry kembali memfokuskan dirinya pada Tama, ia menundukkan kepalanya sedikit dan menatap mata Tama lekat lekat.

"Jangan pergi, jangan tinggalin saya" Jeffry memberanikan diri untuk mengusap pipi Tama yang putih bersih.

"Saya akan perkenalkan kamu ke dunia saya, biar kamu tau kalau dunia kita tak jauh berbeda. Hanya saja alam semesta tidak membuat diriku sekuat dirimu itulah sebabnya hal sebelumnya terjadi" Jeffry seperti tenggelam dalam netra Tama, ia seperti tersihir keindahan netra Tama.

"Jangan pergi, saya sayang kamu" Ucap Jeffry singkat, tanpa aba aba Jeffry mengecup bibir Cherry milik Tama dan berhasil membuat Tama dan semua orang yang ada disana terkejut.

"Kak?! maksud lo apaan?" Tubuh Tama terasa seperti di sengat ratusan volt listrik, ia bahkan tak dapat bergerak setelah berbicara.

"Apa? ini maksud kamu?" Jeffry kembali mendaratkan bibirnya du bibir Cherry Tama kali ini Jeffry sedikit menyesap bibir Tama, para pegawai Tama mulai heboh melihat Boss mereka yang diam tak bergeming.

"Sadar Tama, ini saya Jeffry" Jeffry mencubit hidung Tama hingga ia tak dapat bernapas dengan benar.

"Sakit brengsek!"

"Tuhkan, baru saya tinggal sebentar mulutnya udah kasar lagi" Jeffry menyilangkan tanganya dan menatap lelaki manis itu dengan tatapan dingin.

"Udah biasa kasar kak, kakak lembutin tadi jadi kaget deh" Tama terkekeh mengatakanya.

"Hah apaan? kamu kalo ngomong jangan sambil ketawa. Saya gabus denger" Ucapnya.

"Hehe, kak mau lagi" Tama hanya cengengesan tanpa sadar mereka masih berada di tengah markas Tama dengan semua anak buah Tama ada disana.

"Mau apa hm?"

"Mau kiss kagi" Ucap Tama sambil terkekeh.

"Tadi bingung sekarang mau lagi, dasar nakal kamu" Jeffry menyentil dahi Tama lalu tertawa pelan.

"Jangan disini" Bisik Jeffry di depan telinga Tama.

















A.s
NC apa jangan?

sNC apa jangan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang