Sakit..hanya rasa sakit yang dapat Tama rasakan, kepalanya seperti di hantam ribuan batu yang besar. Seketika banyak ingatan yang terputar di kepala Tama, ingatan yang sepertinya tidak asing baginya..
Darah..
Tembakan..
Peluru..
Kematian..
Uang..
Jabatan..
Tama tidak asing dengan semua itu tapi itu terlihat begitu aneh baginya.. Kepalanya terasa semakin berat Tama menjambak rambutnya kuat kuat..
"AYAHHH!!!"
DUARR
DUARR"TIDAKK!! AYAHHH!!" Seorang anak laki laki berlari mendekati tubuh ayahnya yang sudah bersimbah darah, anak kecil itu berusaha untuk membangunkan ayahnya tapi ayahnya telah mati.
Tiba tiba banyak pengawal yang mendekati tubuh anak kecil itu, Tama ingin mendekat tapi ia bahkan tak bisa bergerak!
"LEPASS! AKU INGIN BERSAMA AYAHKU!! LEPASS!" Anak kecil itu diangkat oleh salah satu pengawal itu, ia terus berontak tetapi pengawal tersebut membiusnya hingga pingsan.
Tiba tiba kepala Tama terasa seperti berputar dengan sangat cepat..
Tama di temukan oleh Felix karena Felix mendengar suara teriakan Tama yang terdengar sangat jelas dari luar sana.
"Hyung.. Bangun!!" Felix mencoba untuk membangunkan Tama, Tama belum bereaksi apapun.
"Hyung!" Felix memanggil Tama dengan suara lantang, Tama menerjapkan matanya ia seperti baru saja kembali dari dunia lain.
"Hyung mengiggau atau bagaimana?" Ujar Felix, ia membantu Tama untuk bangun dan duduk di sofa.
"A-aku kenapa memangnya?" Anehnya Tama bahkan tak tau ia telah berbuat apa, ia hanya mengingat ia mengangkat telepon lalu ia tertidur.
"Aku mendengar teriakkanmu sebanyak empat kali, makanya aku kemari lalu aku melihat dirimu terduduk di pojok sana" Jelas Felix, ia pun bingung bagaimana Tama bisa tidak ingat dengan apa yang ia lakukan.
"Ah mungkin aku mengiggau. Terimakasih karena memperhatikan diriku Felix" Tama mengusak surai Felix.
BRAKK..
"Hey brengsek, mau apa kau?!"
"Diam kalian!"
"INI BUKAN TEMPAT UMUM BODOH!"
"SAYA TIDAK INGIN BERDEBAT DENGAN KALIAN! DIMANA TAMA?!"
Suara keributan terdengar sangat jelas dari ruangan Tama, tempat Tama ini tidak banyak yang tau hanya dirinya Theo dan anggota keluarga Tama saja serta mereka yang bekerja disini.
Tama dan Felix keluar untuk melihat keadaan diluar, begitu terkejutnya Tama melihat seseorang yang tak asing bagi dirinya. Bagaimana mungkin ia tau tentang tempat ini?!
Tama memundurkan langkahnya, ia tak berani terus berjalan tubuhnya seperti membeku ketika melihat seseorang yang mengacau di tempat miliknya.
"Ada apa ini?" Ucap Felix, Felix adalah orang ketiga yang memiliki jabatan di tempat ini setelah Tama dan Theo.
"Saya sedang mencari seseorang" Ucap lelaki itu.
"Siapa orang yang anda cari? bagaimana anda bisa tau tempat ini?" Felix menyilangkan tanganya di depan dadanya, ia terlihat begitu mengintimidasi dan sepertinya ia tidak goyah dengan lelaki itu.
"Saya mencari Tama, kekasih saya. Bagaimana cara saya mengetahui tempat ini bukanlah hal penting" Ya.. itu Jeffry yang masih dalam masa penyembuhan dengan beberapa perban di tubuhnya yang menerobos masuk ke markas milik Tama dan melewati beberapa penjaga di depan.
"Hahaha, lihat dia berani sekali mengatakan bahwa kau kekasih Tuan Tama" Tawa Felix pecah mendengarnya, Hyungnya itu?! kekasih? itu sangat tak mungkin.
Sedangkan Tama tetap diam mencoba untuk tidak berlari keluar dan menghampiri Jeffry lalu memeluknya.
"Saya tidak bercanda" Ucap Jeffry.
"Tuan Tama tidak ada disini, anda bisa pergi sekarang. Pintunya ada di sebelah sana" Ujar Felix sembari menunjukkan jalan kearah pintu keluar.
"Saya takkan pergi sebelum Tama menemui saya" Ucap Jeffry final.
"Kalau begitu kami akan menggunakan kekerasan, karena ini bukanlah tempat yang bisa anda datangi dengan sesuka hati anda" Ucap Felix tegas, ia memberikan kode untuk para penjaga agar membawa paksa Jeffry agar keluar dari sana, tetapi belum saja penjaga menyentuh tubuh Jeffry seseorang sudah berteriak dengan lantang.
"MUNDUR KALIAN! JANGAN ADA SATU ORANG PUN YANG BERANI MENYENTUH LELAKI ITU ATAU KALIAN AKAN MATI DI TANGAN SAYA" Tama yang tak mampu menahan dirinya pun keluar dari ruangannya dan menghentikan anak buahnya.
Tama mendekati Jeffry lalu menatap laki laki itu.
"Kenapa kesini? bosan hidup atau bagaimana?!"
"Saya rindu kamu" Jeffry tanpa ragu mengikis jarak diantara mereka berdua, Jeffry menarik pinggang Tama perlahan lalu memeluknya dengan erat.
A.s
Candy makin aneh ya? jujurly ak mulai ngasal doang nulisnya:') tapi aku usahakan biar ga aneh deh..
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten