Tama terduduk di sebuah kursi kayu di belakang markas baru mereka, kini Tama dan Theo bahkan tinggal di markas tersebut. Sudah hampir dua minggu ia tak berbincang dengan Jeffry begitu pula Theo dan Johnny.
Setelah memutuskan untuk pindah ke markas baru mereka semua memutuskan komunikasi yang tidak berkaitan dengan proses pencarian pelaku kasus penyerangan itu.
"Aku merindukannya, apakah dia merindukan diriku?" Tama menghembuskan nafasnya, ia merasa sangat gelisah belakangan ini.
"Apakah mungkin benar dirinya yang menjadi informan untuk menyerang markas milikku?" Tama terus bergulat dengan hati dan pikirannya. Hatinya mengatakan tak mungkin tapi logikanya mengatakan itu mungkin saja.
"Hyung, mengapa hanya duduk sendirian?" Felix datang dari arah dalam dan membawa beberapa berkas dan laptop miliknya, ada yang harus ia tunjukkan pada Tama.
"Hanya menenangkan diri, ada apa?" Felix mendekat dan duduk disampingnya, Felix mulai mencari file yang akan ia laporkan.
"Ini hyung lihat, ini adalah rekaman CCTV tepat sehari sebelum kejadian itu" Tama menjatuhkan rahangnya dan melihat sesuatu yang tak dapat di percaya.
"Apakah ini nyata?? kau tidak sedang bercanda bukan?! aku akan membunuhmu jika kau main main denganku Felix" Tama memukul kursi kayu itu dengan keras saat ia melihat rekaman CCTV tersebut.
"Aku tidak berbohong hyung! aku mendapatkan ini dari supermarket yang berada di jalanan yang mengarah ke markas kita!" Ucap Felix dengan sangat yakin.
Tubuh Tama bergetar, bagaimana mungkin? apakah ia di jebak..
"Panggil Theo kemari, aku ingin berbicara dengannya" Felix hanya mengangguk dan meninggalkan Tama sendiri disana.
"Apa - apaan ini.. bagaimana mungkin dia bisa melakukannya" Theo datang, ia menepuk pundak Tama ia sudah melihat rekaman CCTV itu sebelumnya dan ia juga sudah memeriksa keaslian dari rekaman tersebut jadi ia tau apa yang akan Tama katakan.
"Tenangkan dirimu, kemarilah" Theo memeluk tubuh Tama dengan erat, ia mengerti perasaan Tama saat ini. Bagaimana mungkin laki laki yang Tama percaya dan Tama cintai selama beberapa bulan ini menjadi dalang dari semua kematian orang kepercayaan Tama.
Ya Jeffry Djung terekam berada di dalam supermarket di jalanan yang mengarah ke markas Tama ia sedang mencekik dan mengancam salah satu anak buah Tama yang sedang berbelanja disana tepat sehari sebelum kejadian itu berarti sebelum Jeffry menjemput Tama dari kampus.
"Kok bisa? dia pikir gue bodoh atau lemah kali ya?" Suara Tama bergetar, ia tak bisa berpikir dengan jernih mengetahui bahwa semua ini ulah kekasihnya itu.
"Theo gue harus gimana? Yera.. Yera mati karena dia karena lelaki brengsek itu" Tama menggeretakan giginya, ia tak bisa diam saja karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membunuh dalang dari semua kejadian ini.
"Gue gabisa diem aja, gue harus bunuh dia. Gue gabakal biarin dia hidup dengan tenang" Tama bangkit berdiri, ia hendak menemui Jeffry sekarang!
"Le! Tenang, tenang dulu Le" Theo menggenggam tangan Tama, ia berusaha meredam emosi Tama yang mulai diluar kendali.
"GAK! GUE GABISA TENANG, DIA UDAH BUNUH YERA MANA MUNGKIN GUE BISA TENANG THEO HIKSS... HIKSS" Theo menahan tubuh Tama sekuat tenaganya, ia tak bisa membiarkan Tama pergi dengan keadaan seperti ini.
"LEE TAEYONG! TENANG! ATUR NAFASMU TENANGKAN DIRIMU?" Theo berteriak kencang, ia mendorong tubuh Tama. Ia tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak bertindak kasar.
"Jangan sebut nama itu lagi, Taeyong sudah mati puluhan tahun yang lalu" Tama memundurkan tubuhnya begitu mendengar Theo yang memanggil nama aslinya.
"Jika kau tak tenang sekarang maka Tama juga akan mati! apakah tak cukup? mau berapa lama lagi dirimu terus menerus menjadi pembunuh? tenangkan dirimu Taeyong - ah, aku mohon tenang jika kau terus ingin membunuhnya kita sama saja dengan mereka!" Theo mendekati Tama perlahan.
"Tidak, tidak, aku bukan Taeyong! Taeyong sudah mati! aku bukan Taeyong, aku tidak lemah" Theo menyesal menggunakan cara ini tapi ia tak punya cara lain untuk menenangkan emosi Tama yang sudah tak bisa di kendalikan.
"Iya, kau bukan Taeyong. Jadi aku mohon tenang, kita bisa melakukan hal lain bukan? kita putra keluarga Lee, kau penguasanya Tama kau yang terkuat jadi kau harus fokus untuk mendapatkan semua yang kau inginkan" Theo mendekati tubuh Tama, ia memeluk tubuh Tama.
A.s
mau tau kenapa "Taeyong" mati?EH JUJURLY INI CERITANYA JADI ANEH GA?!!! KOMEN PLSS JAWAB AKOEHHH HUAAA :(((
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten