"Aduh anjir, sialan sakit!" Johnny berteriak mengaduh saat kepalanya terasa sangat sakit. Johnny membuka matanya dengan susah payah, karen demi Tuhan ia masih mengantuk!
"Maaf Tuan, Tuan Jeffry yang menyuruh saya" Pengawal itu menundukkan tubuhnya karena Jeffry menyuruhnya untuk memukul kepala Johnny dengan kotak tissue.
"Hah?! Jeffry dah sadar?" Johnny semakin terkejut mendengar perkataan pengawal tersebut.
"Apa lo, bukanya jagain gue malah ngewe sama uke di kamar gue" Ucap Jeffry dengan nada mengejek.
"Mana ada ngewe sialan lo baru sadar udah fitnah aja"
"Ya lo ngapain tidur sama pacar lo disini bodoh" Jika Jeffry tidak sakit mungkin ia akan menghajar Johnny sekarang.
"Dia nemenin gue semaleman jagain tuan muda Jeffry" Johnny berusaha untuk duduk tanpa membangunkan Theo yang masih tertidur pulas.
"Tama? Tama mana? Theo ada kok Tama gaada si" Jeffry sudah mencari Tama sejak ia sadar tapi pengawalnya pun tak bisa menjawab pertanyaan Jeffry.
"Lahh mana gue tau, dokter udah kesini belum? gue panggil dulu ya" Johnny bangun dan menyelimuti Theo dengan Jas miliknya.
Jeffry belum memiliki banyak tenaga untuk mencerca Johnny sekarang jadi ia lebih baik menurut saja dengan pria jangkung itu.
Tak lama setelah Johnny keluar, seorang dokter masuk bersama dengan perawat dan beberapa dokter junior.
"Selamat pagi Tuan Jeffry, bagaimana perasaan anda?" Tanya sang dokter.
"Baik baik aja dok, luka tembaknya tidak parah kan?"
"Tidak kok, mungkin ada peluru yang hampir mengenai lever anda tapi anda beruntung karena peluru tersebut seperti menyangkut jadi peluru tersebut tidak mengenai lever anda" Jelas dokter itu.
"Jadi berapa lama saya harus di rawat inap?" Ujar Johnny.
"Dua hari lagi, kami butuh memantau lebih lanjut karena takut ada kerusakan tidak di duga"
"Baiklah, terimakasih dokter"
Setelah menyelesaikan pekerjaannya dokter itu keluar dari ruangan Jeffry.
"your mother came, Tama was kicked out by your mother. I'm not allowed to talk about it, padahal dia abis donorin darahnya buat lu tapi dia malah diusir" Ucap Johnny, ia kembali duduk di sofa sebelah sofa yang Theo tiduri.
"Any news from him? Johnny hanya menggelengkan kepalanya.
"Sejak ibu lu datang, Tama seperti di telan bumi. Hilang entah kemana, Theo bahkan tak bisa menghubunginya" Johnny menaikan bahunya.
"Cctv? lo udah periksa belum?" Johnny menggelengkan kepalanya lalu ia teringat bahwa Theo pernah berkata kalau Tama akan selalu meninggalkan pesannya!
"Theo!! bangun, ayo kita cari Tama!" Ucapan Johnny membuat Theo terperanjat dan melompat bangun dari sofa yang ia tiduri.
Namun karena ia baru bangun tidur rasa pusing menderanya ia hampir jatuh jika Johnny tidak menangkapnya.
"Nakal" Johnny menyentil dahi Theo dan mereka berdua tertawa.
"Sono cari Tama, ngapain masih disini" Suara parau Jeffry memecahkan tawa Johnny dan Theo.
"Eh dia udah bangun toh" Theo menatap Jeffry yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.
"Udah yuk, keluar cari Tama sekalian makan" Ucap Johnny dengan nada menggoda, ia ingin menggoda Jeffry tentunya.
"Bacot lo John, sono cabut gausah pamer gue jeder juga pala lo ya" Jeffry menutupi wajahnya dengan selimut tebal miliknya, ia muak dengan penampakan orang di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten