FLASHBACK
"Dok, saya minta maaf sebelumnya. Apa saya bisa ambil peluru yang kalian ambil dari tubuh Tuan Jeffry?" Ucap Tama dengan hati hati.
"Ohh, anda keluarganya kah?" Ucap dokter tersebut.
"Ahh, iya saya pacarnya" Tama menundukkan kepalanya sedikit, tak lama setelah itu dokter itu datang membawa sebuah plastik kecil berisikan peluru yang sempat tertanam di tubuh Jeffry.
"Terimakasih pak" Tama menundukkan tubuhnya berkali kali sebagai rasa terimakasih.
FLASHBACK END
Tama merogoh kantong celananya, ia mengambil handphone miliknya.
"Halo? jemput gue!"
"Rs Indah .... "
"Ok cepet ya, gue harus gerak cepat"
Setelah dua puluh menit menunggu, sebuah mobil Fortuner hitam menghampiri Tama, Mobil tersebut memiliki plat "B 1026 YTA" itu berhenti tepat didepan Tama.
Sebelum Tama memasuki mobil itu ia mencari kamera CCTV yang ia bisa gunakan untuk menyampaikan pesan kepada Theo.
Ia mulai menggerakkan jarinya, seseorang memerhatikan dirinya dari dalam mobil tersebut, setelah Tama selesai ia masuk ke dalam mobil, mobil itu mulai berjalan menjauh dari rumah sakit.
"Hati hati? Jeffry? perketat keamanan? untuk apa semua itu?" Ucap Yehezkiel, atau Yuta nama Jepangnya.
"Gue ketauan" Ucap Tama santai, ia mulai mengacak acak mobil Yuta mencari sesuatu yang sepertinya tidak akan ia temukan.
"Nyari apaan si lo Le?" Ucap Yuta yang kesal karena Tama mengacak-acak mobil miliknya.
"Permen dong, ada ga?" Mari doakan kesabaran Yuta sangat tebal, ia bahkan tak suka dengan permen bagaimana mungkin ia punya permen.
"Adanya amer, mau?" Tama menggelengkan kepalanya.
"Eh, lo masih "main" disana?" Ucap Tama.
"Yoi, mau nyari hyung lu lagi?" Tanya Yuta, ia masih fokus pada jalanan yang cukup ramai.
"Gak, gue mau nyari jenis senjata" Tama merogoh kantong celananya, ia mengeluarkan plastik yang dokter Jeffry berikan.
"Nih" Tama melempar barang tersebut kearah Yuta dan Yuta dengan cepat mengambilnya.
"Gile ya, dokter Yehezkiel yang terkenal di suruh jadi ubab mahasiswa" Ejek Yuta.
"Lo kerja di rs bokap gue, dan gue juga seumuran sama lo brengsek" Yuta langsung diam seribu bahasa begitu mendengar perkataan Tama.
"Ini peluru keknya dari senapan berburu, soalnya ga asing menurut gue" Ucap Yuta sambil memperhatikan peluru yang Tama berikan.
"Sejak kapan lo berburu deh?" Tama mengambil cermin yang ada di dasbor mobil Yuta lalu mulai memperhatikan wajahnya yang terluka.
"Kok lo gatau ya? gue dari dulu nemenin bokap lo berburu gila" Yuta meletakkan peluru tersebut di kantong jas miliknya.
"Gue masih harus kerja Le, lo mau gue drop dimana?"
"Rs lo aja, gue masih harus nyembuhin luka gue dulu"
3 HARI KEMUDIAN....
Tama berada di markas miliknya ia sudah mengabari Theo kemarin dan Tama juga sudah mendengar bahwa kondisi Jeffry sudah membaik sekarang.
Sudah beberapa hari ini Tama sangat memfokuskan dirinya untuk mengumpulkan bukti-bukti yang kuat untuk di bawa ke ayahnya di Korea agar Tama mendapatkan izin dan anak buah lebih banyak untuk mendeklarasikan "perang" dengan "kuman" yang selalu mengganggu dirinya.
KRINGGGGGG
Tama mengangkat teleponnya.
"Halo?"
"Gimana rasanya?" Ucap seseorang dari sebrang sana. Tama hanya bungkam ia tak mengatakan sepatah katapun.
"Gimana rasanya melihat orang yang lu sayang itu sekarat? you feel de javu huh?" Ucapan orang tersebut semakin membuat Tama geram.
"Apa maumu?!"
"Mauku? kau tak akan pernah bisa memberikannya lil boy"
"Mungkin kau hanya tau atasnya saja bukan?" Tama membeku mendengar perkataan orang disana.
"Apakah kau lupa bahwa kau dan keluargamu itu pembunuh berdarah dingin? kau pikir orang tuamu memiliki hati yang hangat untuk memungut seorang anak? haha" Terdengar sangat jelas bahwa orang disana tertawa.
"A-apa yang kau bicarakan brengsek?!"
"Cobalah kau pikirkan manis, sudah berapa banyak orang yang kalian bunuh demi uang?
"Hitung saja berapa orang yang sudah kau bunuh saat ini?"
"Tidakkah kau terpikirkan oleh dirimu? bahwa orang tuamu adalah penjahat yang sesungguhnya?"
Setelah mengatakan hal itu seseorang disana mematikan teleponnya, Tama jatuh terduduk di lantai setelahnya.
Mengapa ia tak pernah memikirkannya, orang tuanya terlalu jahat untuk mengangkat seseorang menjadi anaknya.
"Gak.. ini gak mungkin.." Tama menundukkan kepalanya, kepalanya terasa sangat berat hingga ia bahkan tak mampu untuk membuka matanya.
A.s
pemeran utama disini tuh Tama ya, jadi semuanya itu dimulai dari Tama dan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten