Tama sedang duduk di sofa kecil yang berada di kamar hotel mereka, hotel? iyaps Tama dan Jeffry sedang berada di Paris Perancis bersama dengan Theo dan Johnny tentunya. Anak-anak mereka? Marsello mengambil alih semua cucunya tanpa terkecuali, bersama nanny yang terlatih tentunya. Tama, Jeffry, Theo dan Johnny berniat kembali ke Korea untuk melanjutkan kehidupan mereka tapi Marsello berkata mereka butuh liburan sebelum kembali ke Korea jadi Marsello memberikan waktu dua hari penuh untuk kedua pasangan itu untuk "honeymoon" Karena keduanya belum pernah melakukannya.
Jadi di sinilah Tama dan Jeffry di hotel bintang tujuh yang memiliki pemandangan menara Eiffel yang merupakan ikon untuk negara itu.
Tama menyesap rokoknya dan meletakkannya di asbak, tangan kirinya memegang gelas Champagne miliknya.
"Cantik.." Suara bariton milik Jeffry terdengar di telinga Tama, ia memalingkan wajahnya dan menatap sang suami. Wajahnya kini sudah lebih baik dari sebelumnya namun luka bekas jahitan itu takkan pernah hilang, itu sebagai saksi bisu bahwa Tama pernah berjuang sekuat tenaga untuk bertahan hidup bersama dengan Mark di dalam kandungannya.
"Hmm? kenapa?" Ia meletakkan gelasnya dan mendekati sang suami, ia hanya mengenakan kemeja bermerek versace dengan bahan satin yang berwarna merah maroon dengan dua kancing teratasnya terbuka dan celana pendek, mereka habis berjalan-jalan tapi Tama enggan mandi jadi hanya Jeffry yang pergi mandi.
Tama mendekati suaminya lalu menyandarkan kepalanya di dada Jeffry yang tertutup bathrobe.
"Tidak, aku hanya memanggil saja.." Jeffry memegang pinggul Tama dan mengusapnya pelan.
"Mau minum? pemandangan disini sangat indah.." Bisik Tama.
"Bahkan indahnya kota Paris tak mampu menyaingi keindahan seseorang yang sedang aku dekap saat ini" Ucap Jeffry, ia duduk di sofa kecil tadi dengan Tama di pangkuannya.
"Berhenti membuatku tersipu.." Wajah Tama memerah karena ucapan Jeffry.
"Tapi itu benar.. aku tidak berbohong" Jeffry meletakkan kepalanya di bahu Tama dan menciumi leher si cantik.
"Ini.." Tama memberikan gelas berisi Champagne untuk Jeffry Jeffry mengambil gelasnya dan kembali mencium leher Tama.
"Lihat, bulannya indah.." Tama berusaha untuk memalingkan perhatian sang suami.
"Kamu lebih indah" Jeffry terkekeh melihat wajah Tama yang terus memerah, ia mencium sekilas bekas jahitan yang ada di wajah Tama.
"Kenapa kau selalu menciumi bekas itu? aku sangat benci melihatnya" Penuturan Tama membuat Jeffry mendekap erat tubuh Tama.
"Ssst, jangan bilang begitu ya cantikku. Itu tanda bahwa kamu kuat jadi jangan di benci ya?" Tama hanya memalingkan wajahnya dan memperhatikan menara yang sangat tinggi itu.

"Taeyong.. Aku mencintaimu, sangat" Tama terdiam, ia akhirnya biasa saja mendengar nama aslinya itu."Ahh, nama itu membuatku mengingat kejadian masa lalu" Tama menghela nafasnya pelan, ia dapat merasakan kecupan lembut di pipinya.
"Jangan diingat jika itu melukaimu..." Ucap Jeffry. Tama tetaplah Tama, tidak berubah sedikitpun, ia tak menghiraukan ucapan Jeffry karena rokok di bibirnya dan matanya yang tertuju pada menara Eiffel yang ada tak jauh dari hotelnya.
"Kak Jeff ih! rokok aku kok diambil!" Tama kesal karena rokok miliknya sudah bertengger di bibir Jeffry.
"Kebiasaan sayanya di cuekin terus!" Ucap Jeffry, ia hendak bangun dari tempat duduknya ketika Tama menahannya dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Jeffry.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂 𝐀 𝐍 𝐃 𝐘
FanfictionBertemu denganmu adalah sebuah takdir, mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan tapi keadaan kita yang membuatnya rumit. Jaeyong + Johnten