04. Pertemuan Satu

154 12 0
                                    

Saat ini Fauzan, Raka, Arthur, dan Daffa sedang duduk manis di depan teras kelas mereka yang berada di lantai atas.

"Gue berasa jadi artis dadakan, dari ujung parkiran sampe ke ujung koridor Cewek-cewek pada ngeliatin gue mulu," celetuk Fauzan.

"Apa gue seganteng itu ya," lanjut Fauzan sambil menunjuk wajahnya sendiri di depan sahabat-sahabatnya.

"Buset lo kalo halu gak tanggung tanggung Zan," ucap Arthur heran dengan Fauzan yang bisa senarsis itu, kira kira emaknya ngidam apa dulu pas hamil Fauzan.

"Cewek-cewek ngeliatin karna tuh muka lo udah mirip boneka jenglot," timpal Raka terkekeh.

"Sirik lo pada, kerjaan nya cuman nistaain gue mulu."

Baru saja Fauzan akan kembali lagi mengoceh, matanya tak sengaja menangkap sang pujaan hati Kara.

"Pucuk di tiba bidadari pun tiba," ucap Fauzan dengan wajah yang terlihat sumringah menatap objek di bawahnya.

Daffa, Raka dan Arthur melihat arah bawah dimana pandangan Fauzan berlabuh.

"Denger ya Fauzan bin Bapak Marjuki, gue gak sudi punya Adek ipar bentukannya kaya lo," ucap Arthur sinis.

"Juki nama motor gue, nama Bapak gue Armand begi. Kayanya lo gak sabar gue nikah sama Kara, sampe lupa nama Bapak gue."

"Lah malah kepedean lo," sembur Arthur.

Raka berdecih. "Emang Kara mau ama lo Zan."

"Ah elah mana ada sih Cewek di SMA Cendana yang nolak seorang Fauzan yang ganteng ini."

Semuanya hanya berdecih pelan sudahlah jika berdebat dengan Fauzan pasti tak ada habisnya.

"Gue cabut dulu yeh nyamperin masa depan," ucap Fauzan terkekeh lalu berlari dengan kecepatan kilat menuruni tangga.

Hal itu membuat mata Arthur langsung melotot tak bisa dibiarkan, ia langsung ikut berlari menuruni menyusul Si sableng Fauzan.

"Cakra mana?" tanya Daffa yang sedari tadi hanya diam mendengarkan celotehan tak mutu Fauzan.

"Cakra izin sakit. "

Daffa menganggukan kepalanya
"Keadaan lo sekarang gimana?"

"Gue baik baik aja," ucap Raka dengan mata yang memandang kearah bawah, di sana Fauzan dan Arthur tampak berdebat, karna Arthur menghalangi Fauzan yang hendak bertemu dengan Kara.

Daffa menepuk pundak Raka.
"Lo kalo ada apa apa kecerita ke gue. "

"Lo tenang aja."

_____________________

Sedari tadi Jiwa sedang melamun memikirkan insiden kemaren dimana Fauzan yang akan dipukul oleh Raiden. sebenarnya apa alasannya, apa karna Gadis kemarin?

"Jiwa, lo lagi ngelamun," ucap Anita lalu menggeplak lengan Jiwa dengan cukup keras.

"Ihhh....ngagetin aja sih lo." Jiwa langsung mengelus dadanya.

"Lagian lo gue perhatiin ngelamun dari tadi." Anita duduk disampingnya sambil membuka bungkus snack.

"Hah masa sih."

"Anita gue mau cerita nih, menurut lo Kak Fauzan sama Kak Raiden ada masalah apa sih? " lanjutnya dengan wajah menghadap Anita.

"Ciee yang khwatirin Kak Raiden," ucap Anita mencolek dagu Jiwa.

"Iss...gak gitu Anita, gue cuman penasaran aja. Lagian aneh banget gak sih tiba-tiba Kak Raiden mau tonjok Kak Fauzan. Alasannya bercanda lagi, kan gak masuk akal sama sekali. "

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang