29. Ulangan

32 7 0
                                    

Suasana malam ini sangat indah bagi sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta. Raga dan Jiwa jalan berdua sambil mengendarai motor, Jiwa memeluk erat Raga yang sedang mengendarai motor sambil menumpahkan dagunya di pundak laki-laki itu.

"Kamu kenapa? Dari tadi senyum mulu," tanya Raga yang melihat Jiwa dari kaca spionnya sedari tadi mengembangkan senyum.

"Iya," balas Jiwa tak melunturkan senyumnya sama sekali.

"Kenapa? Aku jadi takut kamu kenapa-kenapa," ucap Raga sambil terkekeh.

"Ih kamu apaan sih," ucap Jiwa lalu mencubit pelan perut Raga. "Aku seneng aja bisa jalan berduaan kaya gini sama kamu."

"Bukannya kita juga sering jalan berdua Ji?"

"Iya, aku ngerasa kali ini beda aja. Aku kangen banget sama kamu," ucap Jiwa mengeratkan pelukannya.

"Kemaren kita aja baru ketemu, lagian kalo kamu kangen tinggal telpon pasti aku bakal dateng nemuin kamu."

"Aku tau. Aku bingung kenapa kamu kadang kadang susah banget di telpon, kamu bikin aku khawatir Ga."

"Kamu gak perlu khawatir Ji aku baik-baik aja, tapi aku bingung kenapa kenapa kamu gak pernah marah?" ucap Raga lalu mengusap pelan tangan Jiwa yang berada di pinggangnya.

"Kamu tau Ga, rasa khawatir aku lebih gede dari pada rasa marah sama kesel aku. Aku juga gak tau setiap ketemu kamu, aku cuma ngerasa nyaman rasa marah aku juga langsung lenyap."

Mendengar perkataan Jiwa membuat perut Raga merasa tergelitik, rasanya banyak kupu-kupu yang berterbangan didalam perut, wajahnya merasa sedikit panas padahal cuaca malam terasa begitu dingin.

_______________________

"Ssttt..stttt..ssttt..."

Fauzan mendesis berusaha memberi kode pada Arthur yang duduk 2 bangku di depannya, namun Arthur sama sekali tak menghiraukan bisikan itu. Ayolah saat ini ia sangat butuh bantuan Arthur.

Fauzan sebenarnya sudah menduga jika Arthur tak peduli. Ia pusing tujuh keliling karna ulangan dadakan matematika yang sangat menguras pikiran dan tenaganya.

Fauzan menghela nafasnya kasar, tamatlah kali ini tidak ada yang membantunya. Percuma ia meminta contekan pada dua yang duduk di sebelahnya Daffa dan Dandi, 2 orang dengan nama D itu sangat pelit.

Keduanya sama-sama tak berguna bagi Fauzan. Dandi yang pintar tak mungkin memberikan contekan, dan Daffa sahabatnya satu itu sebenarnya cukup pintar tetapi ia ragu karna hampir setiap hari ia menjahili laki-laki itu.

Jika di beri contekan pada Daffa pun Fauzan tak bisa percaya seratus persen, biasanya Daffa akan memberikan jawaban setengah-setengah itu sama saja membuatnya semakin pusing.

Lagi-lagi Fauzan menghela nafasnya, jika saja disini ada Raka pasti ia tak akan sepusing ini.

Fauzan memang sering menjahili Raka sama seperti Arthur tapi Raka si pintar tak pernah perhitungan jika memberikan jawaban ulangan secara benar pada sahabat-sahabatnya apa lagi Fauzan yang otaknya pas-pasn

Mengingat itu membuat Fauzan sedih.
Ia melirik pada laki-laki yang duduk di belakangnya, ia semakin ragu meminta jawaban Cakra karna otaknya itu sebelas dua belas dengannya.

Fauzan hanya memandang kertas jawaban yang masih putih, ia benar-benar lemah dengan pelajaran matematika.

Fauzan melirik jam yang dipasang didepan, tinggal sebelas menit lagi ia tak bisa hanya diam. kali ini ia akan mengerah seluruh kemampuannya meski tak yakin tapi setidaknya ia sudah berusaha.

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang