32. Salah paham

47 6 0
                                    

Pagi ini turun rintik-rintik hujan dengan deras, kabut putih juga mengelilingi hampir seluruh kota. Begitu dingin dan lembab, hembusan nafas bahkan mengepul seperti uap panas namun dingin, sangat dingin dan terasa beku.

Fauzan sekarang beralih duduk di bangku pojok dan paling belakang, ia tidur sangat nyenyak. Entah apa yang terjadi dengan Fauzan hingga sekarang begitu menyukai tidur.

Arthur yang duduk di samping Fauzan berkali-kali menyenggol lengannya agar bangun. Fauzan hanya meresponnya dengan decakan kesal, Arthur tak habis pikir sepagi ini Fauzan malah lelap ditengah pelajaran.

"Uzan bego bangun! Pak Karman dari tadi melototin lo," bisik Arthur lalu menggoyangkan lengan Fauzan.

"Apa?" tanya Fauzan sambil membuka matanya lebar namun kepalanya masih bersandar dimeja.

"Pak Karman udah masuk, dari tadi melototin lo sampe biji matanya bisa keluar," ucap Arthur menakut-nakuti Fauzan, padahal sedari tadi laki-laki paruh baya itu sibuk dengan handphone-nya.

"Hah? Masa...lo serius Ar? Gue gak mau kena hukuman bersihin WC lagi, gue kapok," ucap Fauzan sambil menegakkan badan.

"Makanya mending sekarang lo jangan tidur lagi, terus ngerjain tuh tugas."

Fauzan berdecak malas. "Ayolah gue semalem gak bisa tidur Ar."

"Lah ngapain lo malem-malem gak bisa tidur? Ngepet lo?"

"Iya penget gue, biar kaya raya terus nikahin kara terus jadiin lo tumbal puas lo."

"Gila lo Zan, mulut lo kalo ngomong gak penah di filter."

"Lo ngaco, gue yang udah kaya dari zaman zigot gak mungkin tiba-tiba jadi pertenak babi ngepet."

"Sombong lo."

"Bukan sombong tapi fakta hehe..."

"Kaya tapi pelit percuma, gak guna."

"Gue pelit sama orang tertentu kok, misalnya lo. Kalo sama Kara jangankan harta nyawa aja gue kasih."

"Dasar lo buaya cap kaki tiga."

"Yang penting gue ganteng."

"Muak gue ngomong sama lo."

"Gue dari tadi gak ngajakin lo ngomong, Tadi gue kentut."

"Pantesan dari tadi lo bau tai."

"Udah tau bau tai, masih aja di hirup."

"Fuck!" umpat Arthur hingga membuat seluruh penghuni kelas termasuk Pak Karman kaget.

Seluruh mata tertuju pada Arthur, apalagi Pak Karman menatapnya tajam setajam silet. Membuat Arthur meneguk ludahnya sendiri, Arthur sekarang hanya bisa tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedangkan Fauzan tersenyum mengejek.

Pak Karman ingin meledak sekarang melihat tingkah muridnya, sepagi ini sudah membuat drama yang membuat emosinya naik.

"Arthur!" teriak Pak Karman lalu berdiri, berjalan menghampiri Arthur yang masih tersenyum kikuk padanya.

Pak karman yang sudah berdiri disamping arthur langsung menarik telinga Arthur dengan keras, hingga membuat Arthur menhaduh kesakitan.

"Aduh! Pak kalo jewer saya kira-kira dong, telinga saya mau putus," aduh Arthur.

"Kamu pikir cuma telinga kamu saja yang mau putus? Kesabaran saya juga sudah putus."

"Pak," panggil Fauzan lalu ikut-ikutan berdiri sambil mengangkat tangannya keatas. "Izin ke toilet."

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang