SELAMAT MEMBACA
.
.
."Ji lo gak papa?" tanya Anita sambil melambaikan kedua tangannya didepan wajah Jiwa.
Jiwa langsung mengerjapkan matanya, pikiran benar-benar tak bisa berkonsentrasi.
"Ah iya, gue gak papa Nit."
"Gue perhatiin lo dari kemaren ngelamun mulu, mikirin apa sih?"
"Eng-gak gue....belum sarapan ,iya gue belum sarapan nit jadi susah konsen."
Mata Anita memicing. "Beneran?"
"Iya nit," ucap Jiwa, lalu menatap serius Anita. "Ta?"
"Hm," guman Anita sambil membenarkan poni barunya lewat pantulan cermin didepannya.
"Lo tau siapa Gara?"
Anita menoleh, lalu manaikkan sebelah alisnya. "Banyak yang namanya Gara, Jiwa..."
"Gara...kembarannya Cakra."
"Hmm...bukannya lo gak tertarik sama hal-hal kaya gini ya?"
"Sekarang gue tertarik, cepetan kasih tau gue apapun yang lo tau Nit."
"Gue gak tau."
"Jangan bohong Nit, lo udah lamakan tau mereka?" ucap Jiwa sambil menggoyangkan bahu Anita dengan kedua tangannya.
"Guekan cuman sekedar kenal Ji, gue gak tau banyak."
Jiwa mendesal lelah. "Ya udah kasih tau gue sekarang."
"Gue gak tau banyak, lagian orangnya juga udah meninggal Ji."
Jiwa menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Coba lo ceritain Nit, Gara itu orangnya gimana sih?"
"Dia pendiem sama pinter gue cuma tau itu, lagian lo kenapa jadi kepo begini Ji?" tanya Anita dengan mata memicing.
"Gue kan cuma pengen tau aja," jawab Jiwa sambil mengedikkan bahunya. "Nit, lo yakin cuma tau Gara itu aja?"
"Iya, coba lo tanya Kara deh," saran Anita lalu mengetuk dagunya beberapa kali. "Kalo enggak tanya Kak Cakra Ji, langsung ke sumbernya."
Jiwa mendengus sebal. "Ogah! Nantu leher gue di gorok sama dia."
Anita terkekeh pelan. "Enggak, paling cuma di patahin. Lo aneh banget Ji biasanya lo gak kepoan gini."
"Udahlah lupain gue cuma iseng tadi," ucap Jiwa sambil bangkit lalu menoleh pada Anita. "Lo mau ikut?"
Anita langsung menghentikkan aktivitas membenarkan tatanan rambutnya. "Kemana?"
"Nyari Kara."
"Enggak gue terlalu mager."
"Ya udah gue tinggal bye," ucap Jiwa lalu melangkahkan kakinya pergi keluar kelas.
Jiwa tak tahu keberadaan Kara dimana hingga sedari tadi ia kesana-kemari mengelilingi sekolah mencari Kara, ia sangat lelah.
"Kara dimana sih, tapi bentar lagi bel bunyi nih mending gue balik ke kelas," ujar Jiwa sambil melihat jam tangan miliknya.
Jiwa menepuk jidatnya pelan. "Astaga! Gue kan ada janji ketemu Kak Fauzan di taman sekolah."
"Mana udah jam segini lagi, Kak Fauzan udah pergi apa belom ya? Mau bolos tapi nanti ada ulangan lagi, kalo gue ikut remidial gak bakal bisa nyontek, Semoga aja Kak Fauzan gak nungguin gue," lanjut Jiwa lalu berlari dengan kencang kembali ke kelasnya.
___________________________
"Brengsek."
Kata itu terlontar begitu saja dari bibir tipis Fauzan, laki-laki itu sedang bersandar di tembok Warkop.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma[Complete]
Teen FictionKisah seorang remaja menengah SMA yang kehilangan jati dirinya, ia yang harus berpura-pura menjadi orang lain karna sebuah kesalahan. Sebuah rahasia yang akhirnya melenyapkan kepribadiannya, ia yang memiliki sosok lain dalam dirinya, atau orang awam...