43. Fauzan Last Day

58 3 0
                                    

.
.
.

"Zan lo salah paham sama Gara!" teriak Mira.

"Salah paham gila lo," kata Fauzan sambil menunjuk Mira. "Buktinya udah ada."

Mira memegang kedua bahu Fauzan. "Gara gak pernah bunuh Cakra, ada dalang di balik semuanya Zan dan kecelakaan itu di sengaja."

"Lo bener, dalangnya lo sama sahabat lo yang lainkan," ucap Fauzan sambil tersenyum kecut.

"Enggak gue sama Daffa gak tau. Cakra mati bukan karna kecelakaan itu, dia di bunuh di rumah sakit karna gagal bunuh Cakra sebelumnya."

"Iya gue tau pembunuhnya Gara kan. Lo juga benci sama Cakra kan, Cakra sama gue selalu salah di mata lo."

"Bukan Zan, gue minta maaf Zan soal itu," ucap Mira sambil menundukkan kepalanya.

"Gue tau lo, Gara sama yang lain lagi bikin rencana gila apalagi kalo boleh gue tau?"

"Enggak Zan, gu-e awalnya juga gak percaya gue juga kaget Zan," ucap Mira dengan mata bercucuran air mata.

"Bullshit," ujar Fauzan lalu menyentak tangan Mira kasar.

Fauzan berjalan menjauhi Mira dengan cepat.

Mira berlari mengejar Fauzan, gadis itu berdiri di depan Fauzan sambil merentangkan kedua tangannya.

"Zan," panggil Mira dengan suara serak. "Lo ati-ati di jalan, sekali gue minta maaf Zan gu-e gak bi-sa lakuin apapun."

Fauzan menatap gadis di depan bingung, gadis di depannya terisak begitu keras dengan kepala tertunduk.

Mira ngomong apa sih.

Fauzan menggucangkan bahu Mira pelan. "Ra, kalo lo nangis karna ngerasa salah sama kesalahan lo gak gini caranya, mending lo jelasin semuanya ke yang lain sekarang."

"No! Gue gak salah Zan, gue nangis karna gak bisa lakuin apa-apa Zan," ucap Mira lalu menghela nafanya pelan. "Gue gak bisa jelasin Zan, gue mohon apapun yang terjadi lo harus bertahan Zan."

"Ra gu makin gak ngerti apa yang lo omongin?" ucap Fauzan sambil menaikkan sebelah alisnya.

Mira memejamkan matanya erat. "Zan gue harus pergi sekarang, jaga diri baik-baik."

Mira berbalik lalu berlari dengan kencang meninggalkan Fauzan yang sedang kebingungan.

Fauzan menepuk keningnya pelan. "Sial! Motor Cakra maksud gue Gara, gue tinggal kalo di maling orang gimana."

Fauzan langsung berlari menuju tempat tadi ia meninggalkan motor milik Cakra atau Gara, tentu saja laki-laki yang 3 tahun bersamanya itu Gara bukan Cakra sahabatnya dari segi sifat dan karakter 2 laki-laki sangat bertolak belakang.

Fauzan mengelus dadanya. "Huh...untung aja motornya masih ada, duit tabungan gue aman."

Fauzan langsung menyalakan mesin motor itu lalu bergegas ke kedai sate tadi.

Saat ini Fauzan tak bisa fokus, ia masih memikirkan perkataan Mira tadi. Gadis itu bicara seolah-olah ia dalam bahaya.

Atau dirinya memang dalam bahaya? Apakah ia target Gara selanjutnya? Ia terlalu banyak tahu rahasia laki-laki itu.

Apa Daffa juga tahu hal ini, Daffa juga marah saat ia mengungkit masalah Gara tempo lalu. Semuanya makin jelas sekarang.

"Sial!" teriak Fauzan dengan gigi bergemeletuk di balik helm.

Fauzan mengendarai motor itu dengan kecepatan tinggi, ia tak mengendalikan laju motor itu, remnya benar-benar tak berfungsi.

Fauzan yakin tadi rem itu masih berfungsi, motor setiap minggu selalu di servis dengan baik.

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang