44. Kehilangan

80 4 4
                                        

"Cakra apa yang terjadi sama Fauzan? Kenapa begini," isak Rani sambil menggucangkan ke 2 bahu Cakra.

Cakra tak mampu menatap ke 2 orang tua Fauzan, ia menghela nafas pelan . "Ini semua salah Cakra Tante, Fauzan kecelakaan gara-gara pake motor Cakra."

"Maksud kamu apa Cakra?" tegas Toni.

"Ini salah Arthur Om, Arthur nyuruh Fauzan beli sate," ujar Arthur dengan kepala tertunduk.

Toni mengusap wajahnya kasar. "Ceritakan lebih detail lagi, Om percaya sama kalian berdua tolong ceritakan yang sebenar-benarnya."

"Sebe-nernya ada orang yang mau bunuh Cakra Om. Orang itu nyabotase rem motor Cakra, tapi Fauzan pinjem motor Cakra Om," ucap Cakra.

"Keluar kalian berdua!" teriak Rani dengan isak tangis.

Toni mengusap lengan istrinya pelan. "Kalian keluar, saya dan istri saya butuh waktu sendiri."

"Tapi Om kam-" sergah Cakra.

"Cukup! Sekarang kalian berdua pergi dari sini," perintah Toni.

Cakra dan Arthur tak punya pilihan lain selain menurut ke 2 laki-laki memilih menunggu di lobi Rumah sakit.

_____________________

"Ya?" ucap Daffa malas.

"Ke Rumah Sakit Permata sekarang," ujar Cakra di seberang sana.

"Siapa yang masuk Rumah Sakit?" tanya Daffa panik.

Tut....tut.....

Daffa langsung bangkit dan menyambar jaket miliknya dan kunci motor yang tergeletak di meja.

"Daff siapa yang masuk RS?" tanya Agung dengan sedikit panik.

"Gak tau, Cakra nyuruh gue dateng ke sana."

"Gue ikut Bang," celetuk Rezel.

"Gue juga ikut Daff," tambah Agung.

Ketiga laki-laki langsung pergi menuju Rumah Sakit Pertama dengan hati yang gundah.

Apalagi Daffa, sedari tadi pikirannya gelisah dan khawatir bercampur aduk, membuat tak bisa fokus menyetir hingga ia harus di bonceng oleh Rezel.

Ketiga nya sudah sampai di RS lalu berlari menghampiri Cakra dan Arthur yang sedang duduk di lobi Rumah Sakit.

"Cak mana Fauzan?" tanya Daffa spontan dengan mata yang menatap Cakra penuh tuntutan.

Cakra bungkam, laki-laki itu tak sanggup mengatakan kenyataan ini pada Daffa.

Dan Arthur sedari tadi hanya menatap lurus dengan pandangan kosong, air mata laki-laki sudah mengering.

Daffa beralih menatap Arthur lalu menghampirinya. "Ar, Fauzan mana?"

Lagi-lagi keheningan yang Daffa dapatkan, membuatnya berdecak pelan. "Cakra, Fauzan mana?"

Sementara Agung dan Rezel memilih diam, mereka tak tahu inti masalah ini.

Cakra menghela nafas pelan. "Fauzan di ruang operasi sekarang."

Daffa langsung membulatkan matanya. "Maksud lo apa Cak?"

"Fauzan kecelakaan, dia bener-bener kritis."

Daffa langsung mengetatkan rahangnya lalu menarik kerah baju Cakra. "Lo gak usah ngada-ngada Cak."

Cakra menundukkan kepalanya. "Bener Daff."

Daffa langsung melepaskan kerah baju Cakra lalu mengusap wajahnya kasar. "Gimana? Gimana Fauzan bisa kecelakaan?"

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang