17. Takdir

55 7 0
                                    


TERIMA...TERIMA...TERIMA...

Suara riuh teriakan para Siswa-Siswi yang heboh dengan kedatangan seorang ketua osis SMA Cendana Raiden Pramudhita di kelas X Ips 3, bahkan ia sedang berlutut dihadapan seorang gadis dengan setangkai bunga mawar berwarna merah, ia sedang menyatakan cinta pada gadis pujaan hatinya.

"Jiwa aku harap kamu bilang iya sekarang," ucap Raiden, ia menatap penuh harap pada sosok cantik dihadapannya sambil menggenggam jemari sedingin es milik Jiwa.

Jiwa berusaha tak terlihat gugup, tetapi keadaan yang bertambah ramai membuat ia panas dingin. Bukan karna ia nerveos ataupun senang karna ditembak oleh salah most wanted SMA  Cendana.

Tapi karna ia bingung bagaimana cara menolak sosok laki-laki yang kini berlutut dihadapan, ia sudah punya seseorang yang di cintainya. Walaupun baru bertemu 3 kali nyatanya hatinya sudah direbut paksa oleh Raga.

Raiden mendongak, ternyata Jiwa  sedang melamun dengan mata yang menatap langit-langit kelas sambil tersenyum lebar.

Raiden sontak menggucang tangan Jiwa yang sedang digenggamnya, hal itu tentu saja membuat Jiwa berjingit kaget.

"Kamu lagi ngelamun?"

"Aku? Enggak kok."

"Beneran? Sekarang kamu udah dapet jawabannya kan?"

"Jawaban? Eh....sorry Kak gu-e gak bisa," ucap Jiwa sambil melepaskan genggaman tangannya dari Raiden.

"Kenapa? Ada cowo lain."

"Iya dan maaf," ucap Jiwa, lalu memenerobos kerumunan sambil berlari keluar dari kelasnya.

Jiwa yakin sekarang dirinya pasti jadi bahan gunjingan seluruh Siswa-Siswi di SMA Cendana karna telah menolak anak emasnya.

_____________________

Malam ini markas Xander tampak sepi karna hanya ada Samudra, Raga, dan Aska yang yang sibuk dengan handphone-nya masing-masing, ditambah dengan sekitar markas yang biarkan tanpa penerangan sedikitpun, dan jauh dari jalan besar membuatnya semakin menyeramkan.

"Tumben markas sepi?" tanya Aska memecahkan keheningan diantara mereka.

"Sengaja, gue suruh mereka buat gak dateng kemarkas malem ini," jelas Samudra sambil menaruh handphone di meja.

"Seriusan? kenapa Sam?" tanya Aska beruntun.

"Gue pingin nginep disini, lo taukan gue gak bakal bisa tidur kalo banyak suara berisik."

"Terus kenapa lo gak ngelarang gue sama Raga kesini?"

"Lo sama Raga nemenin gue nginep disini."

"Sorry tapi gue gak bisa," kilah Raga.

"Kenapa Ga? Gak bolehin sama nyokap lo?" ledek Aska sambil tertawa terbahak-bahak.

"Bukan, pokoknya gue gak bisa. Gue mau pulang sekarang," ucap Raga sambil memasukan handphone di saku jaketnya.

"Dih ngambek lo Ga," ejek Aska.

"Apaan sih gue mau pulang," kesal Raga.

"Tunggu, kasih gue satu alasan buat lo pergi dari sini," ucap Samudra sambil mencekal lengan Raga.

"Gue gak mau," kata Raga lalu menyentak keras tangan Samudra dengan keras.

Raga berjalan cepat kearah pintu keluar markas Xander, sekarang Samudra sudah sangat muak dengan tingkah Raga yang seenak jidat. Harga diri nya terinjak injak sebagai ketua dari Xander.

Samudra yang sedari tadi menahan emosinya kini langsung melempar kursi kayu yang berada disampingnya ke dinding hingga kini hancur berkeping keping.

"Anjing!" umpat Samudra.

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang