Seorang laki-laki yang memakai seragam putih abu-abu sedang duduk meringkuk di lantai kamar yang dingin dan gelap.
Alih-alih berangkat sekolah Daffa memilih pergi ke rumah Fauzan, laki-laki itu berharap jika Fauzan berada di sini dan semuanya adalah mimpi belaka.
Namun Daffa harus menelan pil pahit lagi, Fauzan pergi untuk selama-selamanya adalah kenyataan.
Daffa tak siap jika harus pergi ke sekolah dan di sana ia juga tak menemukan keberadaan Fauzan, ia terlalu takut.
Tok...tok...tok...
"Daffa, kamu beneran gak mau berangkat sekolah?" tanya Rani.
"Enggak Tante," jawab Daffa dengan suara serak.
"Tante tau kamu butuh waktu sendirian, kalo udah baikkan kamu makan ya Tante udah siapin di meja makan," ucap Rani lalu pergi dari sana.
Daffa mengusap kasar air matanya, seseorang yang kemarin menguatkan ke 2 sahabatnya itu hanya pura-pura kuat, nyatanya Daffa juga sama rapuhnya.
Di kamar ini Fauzan memasang foto bersama dengan ke 5 sahabatnya, Dan foto Fauzan bersama 3 laki-laki yang sangat Daffa tahu, Cakra, Arthur, dan Samudra.
Daffa tak tahu siapa dalang di balik kecelakaan maut yang di alami Fauzan, semuanya sedang di sedilik oleh pihak kepolisian, tapi semua bukti menjurus pada Samudra.
Daffa sangat letih, matanya lelah namun otaknya tak mau tidur. Mungkin mendengarkan musik membuat perasaannya lebih, pikir Daffa.
Daffa merogoh tasnya mencari sebuah airphone warna hitam miliknya. Ia kesal sedari tadi tangannya tak menemukan benda kecil itu.
Daffa mengobrak abrik tasnya hingga airphone itu terlempar ke bawah kasur yang sempit itu.
Daffa menghelas nafasnya pelan. "Sialan."
Daffa mengulurkan tangan ke bawah itu, tapi bukannya sebuah airphone yang ia dapat malah sebuah kertas kusut yang berada di genggaman-nya saat ini.
Ini apaan?
Daffa penasara kenapa sebuah kertas kusut ini berada di sana? Tampaknya Fauzan yang membuangnya kesana.
Dasar jorok.
Daffa yang tadinya tersenyum tipis tiba-tiba berubah muram, ia jadi mengingat ke pergian Fauzan 2 hari yang lalu.
Daffa membuka tiap kertas itu dengan hati-hati, ia takut kertas itu akan sobek.
Ternyata isinya hanya tulisan Fauzan tentang Cakra dan Gara?Tunggu Cakra dan Gara, jadi Fauzan masih mengorek Gara? Daffa menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran negatif yang bersarang di pikirannya.
Daffa membaca tiap kata di kertas itu dengan serius, bahkan tak melewatkan satu katapun.
Deg
Jantung Daffa berdetak dengan sangat cepat, laki-laki masih kaget dengan apa yang ia baca barusan.
Rasanya tak mungkin Fauzan berbohonh, bahkan Fauzan menulisnya dalam sebuah kertas karna takut lupa.
Daffa akui dirinya susah memahami dengan baik kata-kata yang Fauzan tulis di sana, 1 hal yang ia pahami adalah Gara belum meninggal.
Daffa harus membagi ini dengan Arthur, sepertinya tak mungkin kondisi Arthur sangat drop tidak mungkin ia menambah beban Arthur lagi.
________________________
"Zel gimana keadaan Arthur," tanya Gara yang baru saja sampai di rumah Arthur.
"Udah mendingan, badannya udah gak panas lagi," jawab Rezel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma[Complete]
Teen FictionKisah seorang remaja menengah SMA yang kehilangan jati dirinya, ia yang harus berpura-pura menjadi orang lain karna sebuah kesalahan. Sebuah rahasia yang akhirnya melenyapkan kepribadiannya, ia yang memiliki sosok lain dalam dirinya, atau orang awam...