"Bun Cakra harus banget nelen ini ya?" tanya Cakra sambil mengamati kapsul yang berada ditangannya.
"Iya sayang, lagian itu cuma vitamin liat Dinda aja mau," balas Rika menunjuk putrinya yang sudah meminum vitamin tanpa disuruh lagi.
"Beda Bun si bocilkan lagi sakit," ucap cakra lelah.
Dinda melirik Cakra sinis.
"Abang cemen Bun.""Diem lo," ucap Cakra kesal.
"Apa? Abang emang gak berani minum. Nanti pasti ngeluh kalo vitaminnya nyangkut di tenggorokan," ucap Dinda sambil memakan roti dipiring.
"Dinda!" teriak Cakra.
"Udah. Kamu kurang-kurangin ngeledek Abangnya dong," ucap Rika melerai pertengkaran anak anaknya.
"Biarin aja. Abang sekarang jadi baperan banget, dikit-dikit ngambek," ucap Dinda mendengus sebal.
"Dinda udah!" teriak Rika.
"Cakra pamit Bun," ucap Cakra
Cakra langsung bangkit lalu mencium punggung tangan ibunya, dan langsung berjalan cepat keluar rumah.
"Tunggu dong Bang, Dinda mau nebeng nih!!" teriak Dinda ikut bangkit.
"Dinda berhenti! Abisin sarapannya sekarang," perintah Rika sambil menahan lengan Dinda.
"Kok Bunda jadi marah?"
"Dinda cukup! Bunda gak nerima bantahan apapun lagi. Kamu berangkat sama Ayah."
Dinda mengangguk dengan lesuh. Sebenarnya kenapa Kakak dan Bundanya marah? Apakah dirinya telah salah berbicara tadi? Sepertinya tidak. Itu kan hanya candaan, pikir Dinda.
"Dinda taukan Abang lagi sakit, jadi harus lebih ngertiin Abang ya biar cepet sembuh," ujar Rika sambil mengelus rambut putrinya.
Rika akui tadi sedikit berlebihan karna membentak putrinya. Dinda masih terlalu kecil, ia masih belum paham dan tidak tahu apa-apa.
Dinda mendongak, lalu menatap Rika lamat-lamat. "Ngerti Bun, tapi Abang sakit apa? Perasaan Abang sehat bugar kaya gitu."
"Sekarang Ayah sama Bunda belum bisa ngasih tau Dinda, nanti kalo kamu udah besar pasti ngerti. Putri bunda ini emang baik banget," ucap Rika lalu mencubit gemas pipi gembul itu.
"Loh ini ada apa? Tadi Ayah denger ribut-ribut," ucap Andra sambil men dudukkan bokongnya.
Rika menoleh, lalu tersenyum tipis.
"Bukan apa-apa. Ayah mau sarapan pake apa?""Ambilin itu, sama itu aja Bun," kata Andra menunjuk sambal sambal lele dan sayur kankung.
Rika hanya mengangguk sebagai jawaban, sementara Dinda masih mengunyah rotinya pelan dengan mata melihat kearah orang tuanya.
____________________
Siang ini Fauzan sibuk menggeser layar handphone-nya, dan Cakra sedang menyandarkan punggungnya ia terlihat melamun.
Fauzan yang sudah bosan bermain handphone-nya lalu menaruhnya di atas meja. Matanya melirik Cakra, sedari tadi laki-laki itu mengatupkan mulutnya rapat
Kenapa nih? Batin Fauzan.
Fauzan memukul-mukul bahu Arthur, padahal laki-laki sedang tidur.Arthur membuka matanya pelan lalu menatap tajam Fauzan.
Fauzan tak menghiraukan tatapan tajam itu, ia langsung menunjuk Cakra dengan dagunya.
"Cakra kenapa lagi Zan?" tanya Arthur sedikit berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma[Complete]
Teen FictionKisah seorang remaja menengah SMA yang kehilangan jati dirinya, ia yang harus berpura-pura menjadi orang lain karna sebuah kesalahan. Sebuah rahasia yang akhirnya melenyapkan kepribadiannya, ia yang memiliki sosok lain dalam dirinya, atau orang awam...