08. Problem

82 9 0
                                    

"Lah ini kenapa belok, jangan jangan beneran lo mau culik gue lagi!" teriak Jiwa histeris, ia bahkan masih duduk diatas motor.

Raga langsung dari motornya, lalu menempelkan jari telunjuknya dibibir Jiwa. "Syuuttt."

"Lo gila, nanti dikira gue apa-apain lo begi. Liat kedepan." Raga langsung menyentil pelan dahi Jiwa.

Langsung mengusap dahinya, lalu menatap sekililing. "Warung bakso? Tapi gue enggak laper."

"Gue yang laper, gue juga gak nawarin lo."

"Ternyata selain galak lo nyebelin juga ya!" teriak Jiwa, laki-laki tega sekali meninggalkannya. Dari sendirian disini ia lebih baik menyusulnya.

"Lo sering makan ginian?" tanya Jiwa, setelah duduk disamping Raga yang sedang sibuk dengan handphone-nya.

"Hm."

"Oh, nama lo?" Sudah kali pertemuannya dengan laki-laki disampingnya, tapi Jiwa belum tahu namanya saat ini.

"Raga."

"Raga ya...nama gue Jiwa."

Raga menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada handphonenya.
"Gak tanya."

Jiwa mendengus. "Ternyata ngomong sama lo kaya ngomong sama batu ya."

"Oh."

Hampir saja jiwa ingin meleparkan garpu dihadapannya ke wajah Raga. Tapi ia urung, sayang sekali kalau wajah tampan ini rusak hanya karna membuat seorang gadis merasa kesal.

Jiwa hanya menghela nafas pelan, sudahlah lebih baik ia diam sambil menunggu pesanannya.

"Nak Raga kesini sama Eneng ini?" ucap pak kadir penjual bakso langganan Raga.

Sementara Jiwa hanya tersenyum tipis sambil menganggukan kepalanya.

"Iya Pak, ini teman saya."

"Menurut Bapak, kamu lebih cocok sama Eneng dari pada sama yang kemarin," ucap Pak Kadir sambil meletakan dua mangkok bakso.

"Yang kemarin?"

"Lo punya pacar?" tanya Jiwa, jujur saja ia juga sangat penasaran.

"Belum, Bapak tadi salah orang kali."

"Oh."

Jiwa memejamkan matanya, saat ini ia tengah menahan senyum sekuat mungkin. Tak tahukah Raga jika ucapannya itu membuat hati seorang gadis berbunga-bunga.

Raga menginjak rem motornya secara mendadak, membuat Jiwa yang berada dibelakang kaget hingga dahinya membentur helm Raga dengan cukup keras.

"Makasih," ucap Jiwa ketus, lalu segera turun dari motor Raga.

"Hmm," guman Raga lalu langsung tancap gas, meninggalkan Jiwa yang sudah berada didepan rumahnya sambil menggerutu.

"Dasar cowok nyebelin!" ucap Jiwa sambil mengelus dahinya yang sedikit terasa sakit, lalu melangkahkan kakinya menuju rumah.

"Astagfurulloh!, ih Kakak ngagetin aja sih." Jiwa berucap sambil mengelus dadanya karna Kakaknya itu tiba-tiba sudah berada diambang pintu.

"Sama siala?" tanya Gavin dengan mata memicing.

"Temen, eh...maksud Jiwa kenalan."

"Masa gak percaya. Tadi Kakak udah nelpon kamu tapi gak diangkat bikin Kakak khawatir, ternyata lagi pacaran," Ucapnya sambil tersenyum menggoda pada Jiwa.

Jiwa menggeplak keras lengan Gavin.
"Ih! Abang, beneran itu cuman kenalan kok."

_________________________

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang