"Cakra, kamu beneran gak ikut Ayah sama Bunda ke ruma-"
"Enggak!" sela Gara memotong ajakan Andra.
"Tapi di-"
"Enggak Ayah! Di sana banyak anggota Andalas yang lain, Cakra mau di rumah sama Dinda."
Rika paham perasaan anaknya itu, jika Cakra ke rumah membuatnya makin teringat sosok Fauzan begitu banyak kenangan yang tak bisa di hapus dengan waktu.
Rika menghampiri Gara. "Bunda tau kamu lagi sedih, tapi jangan lama-lama ya kamu masih punya Bunda, Ayah, Dinda sahabat kamu yang lain juga."
"Bunda sama Ayah tinggal dulu, kamu jaga Dinda ya," lanjut Rika.
Gara menganggukan kepala, pasangan suami istri lalu berjalan keluar dengan bergadengan tangan.
Gara menghela nafas pelan lalu berjalan menaiki tangga menuju kamar Dinda, sedari tadi gadis cilik itu mengurung dirinya di kamar.
Ceklek
Di dalam kamar yang di terang itu Dinda sedang duduk membelakangi pintu di atas kasur.
Gara berjalan menghampiri Dinda lalu menepuk pundaknya pelan. "Dinda kenapa?"
Dinda menoleh dengan wajah sembabnya. "Bang..."
"Dinda sabar ya," ucap Gara sambil mengelus pucuk kepala Dinda.
"Banga Uzan kenapa pergi? Dia janji gak bakal ninggalin Dinda kaya Bang Gara," isak Dinda sambil memeluk Gara erat.
Gara melepaskan pelukan itu lalu berjongkok di hadapan Dinda.
"Itu di luar kendali Bang Fauzan, jadi Dinda jangan nangis lagi ya," ucap Gara sambil menghapus air mata Dinda.
"Abang sekarang janji gak boleh ninggalin Dinda," ujar Dinda sambil menyodorkan jari kelingkingnya.
Gara tersenyum tipis lalu mengangguk.
"Janji," balas Gara sambil menautkan jari kelingkingnya dan Dinda.
Dalam hati Gara tersenyum miris, ia sudah berjanji pada Dinda apa mungkin dirinya bisa menepati janjinya pada gadis di hadapannya?
_______________________
Jiwa sedang berjalan di lorong sekolah dengan mata yang menatap lurus, hatinya masih kosong karna kehilang sosok Fauzan.
Pagi ini juga tampak sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Kara, Jiwa tahu gadis pasti sedang sangat berduka, gadis itu sedari kemarin terus meracau janji yang dulu Fauzan ucapakan padanya.
Langkah Jiwa terhenti karna ada sosok laki-laki sedang berdiri di ujung lorong dengan penampilan yang cukup berantakan.
Entah sudah berapa lama Jiwa hanyut dengan pikirannya sendiri, hingga tak menyadari jika laki-laki sudah berdiri di hadapan.
Wajahnya pucat, ekspresinya begitu dingin dengan mata yang begitu tajam.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Gara cepat.
"Eh...ngomong apa Kak?" ucap Jiwa kikuk.
Gara menoleh ke kanan dan kiri, di sini sangat sepi mungkin hanya ada ia dan Jiwa di sini.
Gara berjalan duduk di sebuah bangku panjang yang berada di sana.
"Sini," perintah Gara sambil menepuk bangku kosong di sebelahnya.
"Iy-a," jawab Jiwa lalu menghampiri Gara dan duduk di sebelahnya.
"Gue gak mau basa-basi lagi sama lo, lo udah taukan siapa gue?," tanya Gara sambil melirik Jiwa tajam

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma[Complete]
Fiksi RemajaKisah seorang remaja menengah SMA yang kehilangan jati dirinya, ia yang harus berpura-pura menjadi orang lain karna sebuah kesalahan. Sebuah rahasia yang akhirnya melenyapkan kepribadiannya, ia yang memiliki sosok lain dalam dirinya, atau orang awam...