Fauzan berlari dari parkiran menuju kedalam sekolah padahal jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Padahal biasanya ia lebih memilih terlambat di banding harus berangkat pagi bahkan tepat waktu.
Fauzan berlari dengan kecepatan super-nya, ia akan menunggu jiwa di depan kelasnya. Ia benar-benar tak sabar ingin berbicara empat mata dengan gadis itu. Ia juga sangat penasaran ada hubungan jiwa dengan Cakra atau laki-laki bernama Raga itu.
Ah Fauzan tahu, jadi benar jika sebenarnya Cakra dan Raga adalah 2 orang yang berbeda, itulah hal membuat semuanya jadi bingung.
Jadi Gara masih hidup dan kini berpura-pura menjadi laki-laki yang bernama Raga, tapi apa Cakra tahu? seprtinya Cakra tak tahu Dan orang tua mereka, ah sudah jelas mereka tahu mengingat Gara tinggal di sana.
Baiklah Fauzan akan memanggil laki-laki yang misterius dengan sebutan Gara saja itu lebih mudah di ingatkan, laki-laki itu memang sangat licik.
Tapi sebenarnya apa motif Gara menyamar jadi laki-laki bernama Raga, Fauzan tak habis pikir. Fauzan yakin ini semua rencana Gara, mungkin Gara balas dendam pada Cakra mengingat dahulu tampak kebencian yang besar di matanya.
Kok gue jadi ke inget omongan Sam tiga tahun yang lalu, sialan bearti Gara kambing hitamnya.
Kenapa tidak ada titik terang, semuanya berakhir dengan sebuah pertanyaan lagi. Itu adalah alasan Fauzan beberapa minggu terakhir ini tak bisa tidur dengan nyenyak, dan berakhir menulis semua pikirannya di sebuah buku.
"Bang!"
"Eh anjirr!" teriak Fauzan kaget.
"Pagi-pagi udah ngelamun kesambet baru tau rasa," ucap Kara.
"Cih...Kara khawatir ya sama Abang," ledek F00auzan sambil mengedipakan sebelah matanya Kara.
Kara menatap jengah Fauzan, "Bang Fauzan ngapain disini?"
"Nungguin calon Ibu dari anak-anak Abang eaaa."
"Terserah Bang Fauzan," kata Kara lalu berjalan menuju pintu kelas.
"Eh tunggu Neng," panggil Fauzan lalu menarik tangan Kara.
"Apa!"
"An-u itu siapa? Eh..Jiwa iya Jiwa berangkat enggak hari ini?" tanya Fauzan ragu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Sungguh Fauzan tak ingin membuat Kara cemburu dan berpikir yang tidak-tidak.
"Kenapa?" tanya Kara dengan mata memicing. "Oh Lo mau jadiin Jiwa korban ghosting-kan Bang? Ngaku!"
"Sumpah enggak!" elak Fauzan sambil mengangkat jari berbentuk v.
"Gak percaya!"
"Beneran Neng, Abang udah tobat."
"Terus Bang Fauzan ngapain tanya-tanya Jiwa?"
"I-tu Abang gak bisa ceritain, tapi ini urusan antara hidup dan matinya Cakra."
"Hah? Jiwa aja gak kenal sama Bang Cakra, jadi gak ada sangkut paut nya sama Jiwa."
"Abang juga baru tahu, pokoknya sekarang Abang gak bisa cerita banyak ke Eneng."
"Alah itu cuma akal-akalan bang Fauzan."
"Enggak Beng be..."
"Jiwa!!" pekik Kara dengan mulut terbuka lebar.
Lalu melangkahkan kakinya menghampiri Jiwa yang sedang berjalan dengan pelan dengan mata yang bengkak, dan wajah yang terlihat pucat.
"Ji lo kenapa? Muka lo udah mirip zombie." ucap Kara sambil menangkup wajah Jiwa dengan kedua tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma[Complete]
Fiksi RemajaKisah seorang remaja menengah SMA yang kehilangan jati dirinya, ia yang harus berpura-pura menjadi orang lain karna sebuah kesalahan. Sebuah rahasia yang akhirnya melenyapkan kepribadiannya, ia yang memiliki sosok lain dalam dirinya, atau orang awam...