06. Samudra Berulah

99 10 0
                                    

Saat ini semua Siswa-Siswi di SMA Cendana sedang melaksanakan upacara bendera, sebagai rutunitas wajib dihari Senin.

Tentu semuanya berbaris dibarisan kelas masing-masing, tapi hal itu tidak berlaku bagi Fauzan. Saat ini ia sedang menyusup dibarisan kelas Kara, tentu sangat tidak patut di tiru.

"Neng kara," ucap Fauzan dengan manja sambil mecolek bahu Kara.

"Apaan sih Bang," Ucapan itu terdengar sangat ketus.

"Neng, tau enggak bedanya neng Kar..."

"Aduh!...Aduh!....apaan sih lo."

Fauzan mengadu kesakitan karna tiba-tiba ada yang menjewer telinganya dengan sangat kencang.

Fauzan menengok kebelakang melihat siapa gerangan yang berani mengganggu nya. "Eh ada Bu gend..maksud saya Bu Lastri."

"Kamu benar-benar ya Fauzan, sehari saja tidak membuat masalah apa bisa."

"Ampun Bu, saya kesini cuman mau nengokkin neng Kara."

"Fauzan saya perhatikan kamu punya jam tangan, apa jam tanganmu juga mati? Sampai tak tahu waktu begini atau kamu ingin kembali mengulang kelas menjadi kelas X."

"Tapi saya tidak mau bertemu kamu untuk waktu yang lebih lama lagi, sudah cukup kamu geng gembel mu membuat rusuh, bisa-bisa saya mati muda."

Fauzan berdecak, lalu berkacak pinggang. "Halah Ibu sok-sokan, nanti Ibu kangen lagi sama saya. Saya juga mau ngasih tahu, Ibu gak bakal mati muda. kan Ibu uda tua."

Hal itu membuat siapapun yang mendengarnya menahan tawa karna ucapan spontan Fauzan.

"Kurang ngajar kamu! Fauzan sekarang kamu berdiri depan sebagai hukuman cepat."

"Sabar Bu nanti kalo sering marah cepet tua loh, eh...Ibukan emang udah tua," ucap Fauzan seraya berjalan kedepan sambil menahan tawa.

Sementara Bu Lastri langsung mengelus dadanya, guna meredakan amarahnya saat ini.

"Gila berani banget ya," ucap Anita diselingi tawa ringan.

"Gue kaget sendiri sama kelakunnya, gak takut dikeluarin dari Sekolah ya?" ucap Jiwa dengan pelan.

"Mana berani Sekolah ngeluarin Bang Fauzan, bokapnya donatur disini," ucap Kara yang sudah tak heran lagi dengan kelakuan Fauzan.

Hampir saja Jiwa menjatuhkan rahangnya, Pantas Fauzan sangat nakal ternyata ia berasal keluarga kaya.

_______________

Cuaca hari ini sangat panas, padahal matahari belum tinggi. Fauzan sudah membuka tiga kancing teratass seragamnya, ia merasa sangat gerah, padahal ruangan kelasnya itu sudah ber-AC. Apalagi sehabis upacara bendera membuat seluruh keringat Fauzan seperti diperas. Bahkan seragamnya jadi basah kuyup, hingga mencetak jelas otot-otot liat Fauzan.

"Kurangin nyari masalah sama Guru Zan," ucap Arthur menasehati Fauzan.

Fauzan sedang menipaskan buku kewajahnya menoleh, lalu tersenyum dengan paksa.

"Hehe... siap Komandan."

Daffa berdehem singkat.
"Gue penasaran kenapa sampe saat ini Sam diem aja."

Cakra menggeleng. "Gue rasa Samudra ngerencanain sesuatu."

BRAK

Pintu kelas mereka di dobrak keras oleh Rezel, salah satu anggota baru Andalas.

Rezel dengan cepat langsung menghampiri Cakra, dengan nafas yang terengah-engah.

"Bang Cakra, gawat. Itu....Bang Raka lagi berantem sama Samudra di lapangan basket."

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang