35. Gagal

40 8 3
                                        

"Bang ini beneran rumah Cakra?" tanya Jiwa yang masih duduk anteng di atas motor.

"Iyalah."

Fauzan tersenyum miring pada Jiwa yang sedang mengamati rumah besar di hadapannya.

"Wah lo panggil Cakra gak pake embel-embel Kak," lanjut Fauzan sambil menaik turunkan alisnya.

"Eh? Bukan gitu Kak."

"Udahlah gak papa, si Gara abangnya Cakra kok ah maksud gue Raga."

Jiwa bingung harus menjawab apa pertanyaan jahil Fauzan.

"Em..kayanya mereka berdua dari keluarga kaya ya Kak?" ucap jiwa sambil mengamati rumah bercat putih itu, bahkan beberapa mobil terjejer rapi di garasi.

"Iya Om Andra kelasnya udah Sultan tuh, tapi saran gue kalo ada kesempatan lo deketin tuh si Daffa, namanya aja Daffa Mahardhika Pratama tapi dia anak tunggal di jamin harta warisan gak bakal abis tujuh turunan."

"Segitu kaya nya Kak?"

"Iya, tapi Daffa selain pelit ngomong dia juga pelit duit. Saran gue lo tetep deketin, keruk hartanya sampe abis terus tinggalin HAHAHA.." oceh Fauzan.

"Enggak Kak makasih," ucap Jiwa sambil menatap geli Fauzan.

Fauzan menghentikan tawanya lalu menatap datar Jiwa, semoga saja gadis di depannya tak menyerap ucapan bodoh Fauzan sampai ke tulang sumsum.

"Ehem lo nangkring dulu di sini, gue panggil si mamang dulu," lanut Fauzan lalu memanjat pagar yang lumayan tinggi.

Jiwa di buat menganga melihat tingkah absurd Fauzan, sekarang Fauzan sudah mirip seperti maling dibanding tamu.

BRUGH

Fauzan terjatuh dari atas pagar, entahlah tiba-tiba saja tulang di kakinya sedikit terpeleset, mungkin rapuh karna jarang minum susu. Pantanya sekarang sangat ngilu.

"Hahaha..."

Jiwa tak kuasa menahan tawanya, mungkin itu karma akibat terlalu banyak tingkah.

Fauzan menoleh lalu mendelik pada Jiwa. "Heh! Diem lo. Ketawa lo jelek mirip mbak kunti."

Sekarang balik Jiwa yang mendelik pada Fauzan, ayolah gadis secantiknya masa di samakan dengan hantu.

"Tapi beda lo kucan, kuntilanak cantik," lanjut Fauzan sambil terkekeh.

Jiwa menghela nafas kesal, baru beberapa jam ia Fauzan tapi sukses membuatnya naik pitam.

"Lo Den Fauzan kok duduk disitu?" tanya Mang Usman kaget, laki-laki tua itu baru keluar dari pintu garasi.

"Iya Mang saya lagi piknik," sahut Fauzan asal.

"Den kalo mau piknik mending di pantai."

"Allahuakbar Mang saya abis jatuh dari pager si mamang lama bukanya."

"Si aden manggilnya kurang keras sih."

"Udahlah mang berisik, mending buka gerbangnya kasian tuh mantu Tante Rika nangkring di atas motor saya udah kaya kang parkir."

"Siap Den."

Jiwa langsung turun dari motor Fauzan lalu berjalan mendekati Fauzan.

"Ayok masuk Ji, jangan sungkan anggap aja rumah sendiri," Ajak Fauzan sambil terkekeh lalu berjalan di depan di ikuti jiwa yang berjalan dengan ragu.

Jiwa sangat gugup , ia bahkan memilin bagian bawah jaket.

Fauzan menengok ke belakang, "Lo  tenang aja, nyokapnya si Raga baik kok."

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang