50. Rumah

158 5 0
                                    

Pasang mata itu menatap sinis seoarang laki-laki berhoddie coklat yang berjalan di lorong sekolah dengan angkuh.

"Dasar sampah!!"

"Penjahat!!"

"Dasar gak tau malu!!"

"Kalo gue jadi mending gue pindah sih!!"

"Bebasin Samudra!!"

Teriak itu menghentikan langkah Gara seketika, ia berbalik dan balas menatap seorang gadis bermake up tebal dengan lipstik merah menyala, itu Dila fans fanatiknya dulu.

Tatapan gadis bermake up tebal yang selalu menatapnya dengan kagum kini berganti tatapan kebencian yang menggebu-gebu.

Seluruh warga SMA Cendana sudah tahu tentang identitas dari ketua Andalas yang selama ini mereka gembar-gemborkan dari mading sekolah.

Tidak yang tau dengan jelas siapa yang telah membocorkan rahasia milik Andalas itu di grup angkatan,dan memfitnahnya tentang Gara yang ternyata membunuh saudara kembarnya agar bisa menjadi Ketua Andalas dengan alasan iri hati.

Tapi Gara tak perduli, ia melirik malas satu-persatu orang-orang yang menatapnya dengan sinis.

Gara melanjutkan langkahnya dengan angkuh, percayalah mereka tak berani berbuat lebih pada Gara.

Mereka masih menyayangi nyawa.

Gara mendobrak pintu gudang sekolah dengan kencang hingga pintu itu hancur begitu saja, ini tempat yang sering Daffa singgahi ia tahu.

Laki-laki itu bahkan memiliki kuncinya.
Tapi Gara tak perduli, ia butuh tempat sunyi dan tak ingin di ganggu siapapun.

_______________

"Lo liat..."

Jiwa menggantungkan kalimatnya, ia sekarang juga bingung memanggil laki-laki itu siapa.

"Cak-ra," tanya Jiwa ragu-ragu.

"Gara," balas Kara lalu berdiri di hadapan Jiwa. "Satu sekolah juga udah tau, Cakra yang asli udah gak ada!!"

Jiwa meneguk ludahnya kasar dengan mata terpejam.

"Lo kenapa gupek sama tuh orang sih Ji?" Tanya Anita.

"Dia pacar gue, di-"

"Are you kidding me?" Kaget Anita.

"Jadi pembunuh itu pacar lo?" Sindir Kara.

"Dia bukan pembunuh Ra."

"Dia pembunuh! Dan dia ngehancurin semua kebahagian gue," ucap Kara dengan isak tangsinya.

Anita memeluk Kara dengan erat."Sekarang gue tanya, lo serius masih suka sama cowok modelan gitu Ji?"

"Iya."

"Gila! Dia orang jahat Ji."

"Enggak, ini cuma masalah waktu gue yakin setelah semua kebongkar kalian bakal nyesel."

"Tapi dia juga korban, Gara hatinya juga sakit."

Anita juga ikut bangkit lalu menepuk bahu Jiwa pelan. "Gue tau lo cinta sama dia, tapi please jangan buta hati Ji, Gara salah."

"Gue tau dia salah, tapi Gara gak sepenuhnya salah. Kalian egois banget," ucap Jiwa lalu berlari meninggalkan kelasnya dengan perasaan kesal.

Gadis itu berlari memyusuri sekolahnya,

"Gara?" Panggil Jiwa lirih sambil berjalan mendekati sosok laki-laki yang sedang duduk bersandar di tembok gudang sekolah yang kumuh.

Laki-laki itu masih diam membisu dengan mata yang menatap kosong sosok gadis cantik di hadapannya.

Enigma[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang