Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, tapi Fauzan belum pulang ke rumahnya. Seragam sekolah juga masih melekat di badannya, bajunya hanya di lapisi dengan hoddie berwarna coklat.
Fauzan malah sedang duduk di atas motornya, matanya terus saja menatap kedepan jalan yang sepi dengan serius. Ia berada beberapa meter dari rumah Cakra. Dengan tekat yang bulatnya ia ingin mencari bukti atas ucapannya itu adalah sebuah kebenaran.
Fauzan tahu sangat sulit membedakan Cakra dan Gara, tapi ia mendengar dengan jelas jika kemarin laki-laki itu mengucapkan dengan tegas bahwa dirinya bukan Cakra melainkan Raga.
Apa Gara bangkit dari kuburnya dan sekarang hilang ingatan, atau berpura -pura dan memanipulasi semua orang untuk membalas dendam pada Cakra?
Apa Gara bukan satu-satunya kembaran Cakra, jadi mereka kembar tiga? Tapi kenapa tidak ada yang tahu atau mereka yang tak sadar. Tidak mungkin Andra dan Rika tak sekeji itu untuk meenyembunyikan Anak mereka sendiri.
Fauzan menggelengkan kepalanya sudah cukup. Pikiran negatif itu berputar-putar di otaknya. Kepalanya benar-benar pusing, akui kemarin dirinya terlalu terburu-buru hingga mengatakan yang tidak-tidak pada Daffa dan Cakra.
Lama Fauzan menunggu di gang sambil memainkan handphone, hingga suara deru motor mengalihkan perhatiannya. Ternyata orang yang ia tunggu sudah keluar.
Fauzan dengan gesit menyalakan mesin motornya lalh mulai membuntuti laki-laki itu, bahkan ia tak tahu sedang membuntuti siapa. Tapi ia akan tetap menganggapnya sebagai Cakra agar mudah di ingat, pikir Fauzan.
Fauzan tak tahu kemana tujuan Cakra kemana, sudah hampir lima belas menit ia mengikuti. Motor Cakra berhenti di depan sebuah rumah berwarna ungu, Fauzan juga ikut berhenti beberapa meter dari Cakra sambil mengamatinya.
Mata Fauzan langsung mendelik, saat melihat seorang gadis keluar dari rumat itu, siapa gadis itu? Ia bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu.
Keduanya tampak sedang mengobrol sambil melemparkan candaan, bahkan mereka sangat sangat akrab.Jadi alasan Cakra tiba-tiba membatalkan balapannya karna ingin jalan berdua dengan seorang gadis, tapi kenapa Cakra tidak menyampaikan langsung saja? kenapa harus Andra ayahnya yang memberitahunya. Tunggu tapi bukan Andra tadi bilang Cakra sedang sakit?
Kenapa Cakra tak jujur saja, pasti ia dan anggota Andalas yang lain akan memakluminya. Ituu cukup aneh dan berlebihan, bahkan ini bukan yang pertama kalinya.
Getaran di saku celana Fauzan lagi-lagi buyar, ia langsung merogoh saku celana lalu menggeser tombol berwarna hijau ke atas.
"Halo?"
"Fauzan!!" teriak orang diseberang telepon yang merupakan Ibu fauzan yang sedang marah besar.
"Mama dari tadi telpon kamu kenapa bafu angkat! Sekarang kamu dimana!!" ucap Ibu Fauzan dengan penuh amarah.
"Mak kalo nanya satu-satu Fauzan jadi bingung nih."
"Pulang kamu sekarang juga atau Mama bakal potong uang jajan kamu selama satu tahun!"
"Kok lama amat sih Mak, biasanya juga seminggu," ucap Fauzan menawar.
"Fauzan! Mau jadi anak durhaka kamu dari tadi ngelawan Mama terus, pulang sekarang!"
"Maaf Mak tapi kali ini Fauzan bener bener gak bisa pulang sekarang, ini penting Mak kasih Fauzan waktu satu jam lagi please..."
"Gak bisa, pulang sekarang Fauzan!"
Fauzan menghembuskan nafasnya pelan, pandangannya kembali pada Cakra namun nihil. Matanya memindai ke kanan dan ke kiri tetapi hasilnya tetap sama.
Fauzan menyesal seharusnya matanya tetap fokus pada tujuan utamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma[Complete]
Ficção AdolescenteKisah seorang remaja menengah SMA yang kehilangan jati dirinya, ia yang harus berpura-pura menjadi orang lain karna sebuah kesalahan. Sebuah rahasia yang akhirnya melenyapkan kepribadiannya, ia yang memiliki sosok lain dalam dirinya, atau orang awam...