62 - The bad view

122K 18.4K 8.9K
                                    

Assalamualaikum teman-teman semua. Alhamdulillah bisa kembali update malam ini ^^

Siapa yang daritadi sudah nungguin part 62 update?

Oke, untuk part kali ini. Aku hanya bisa memberikan pesan kepada teman-teman untuk .... 

Langsung baca  aja ya. Biar nggak makin penasaran. 

SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA NGGAK TERIAK BACA PART INI ^^

****

Setelah menyelesaikan urusan per-kebeletan-nya, Abdi membernaikan diri masuk ke dalam kelas. Abdi akhirnya dapatmelihat jelas Iqbal yang duduk di bangku belakangtengah fokus membaca. Cowok itu sama sekali tak terganggu dengan suara ramai teman-teman lainnya. 

Abdi menghembuskan napas panjang-panjang, tangan kananannya sedari tadi tanpa sadar sudah menyentuh dadanya sendri, meminta jantungnya untuk berdetak normal, walaupun sangat susah.

"Lo bisa Abdi, lo bisa!"

Abdi terus melangkah satu demi satu langkah mendekati Iqbal yang auranya makin terasa kuatnya! Jika Abdi bisa menjabarkan detakan jantungnya sekarang, suaranya seperti salon dangdutan tetangga yang ngebass-nya agak cempreng.

Pakjepak jepak jepak jegerr pak jepakjepak jeger!!

Dan, tibalah saatnya Abdi mempertaruhkan hidup dan matinya! Abdi sudah berdiri di depan Iqbal dengaan jemari sudah dipenuhi keringat dingin. Sumpah! Abdi tidak lebai, dia benar-benar gelisah dan takut!

Tau sendirikan Iqbal kalau ngomong pedas dan dinginnya seperti apa?

Ditambah Aura Iqbal yang sudah seperti Voldemort versi alim-nya.

Untuk kesekian kalinya, Abdi mengatur napasnya sesaat, mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya. Abdi meneguk ludahnya sebentar, membasahi kerongkongannya yang sedari tadi kering.

Abdi memaksakan senyumnya yang terasa sulit untuk dia kembangkan.

"Iqbal," panggil Abdi dengan suara lumayan lirih dan memelas.

Tak ada jawaban dari Iqbal, cowok itu sama sekali tak merespon dari gerak tubuh maupun verbal. Ia tetap diam dan fokus membaca bukunya.

"Bal," untuk kedua kalinya, Abdi mencoba keberuntungannya. Namun, tetap tak ada respon. Iqbal masih diam seperti tadi.

Mampuslah Abdi! Keberaniannya perlahan-lahan runtuh seolah tak ada harapan lagi untuknya.

"Iqbal, maafin gue."

Kalimat Abdi barusan akhirnya berhasil membuat adanya pergerakan dari tubuh Iqbal. Cowok itu perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Abdi dengan sorotan tenang dan pastinya sangat dingin.

"Siapa ya?"

Abdi terkejut sekaligus tertegun mendengar balasan Iqbal. Sial! Kenapa jadi Iqbal yang amnesia? Kan, harusnya dia yang pura-pura amnesia!

Abdi tidak tau harus senang atau bagaimana? Abdi mendadak blank. Namun, detik berikutnya, Abdi berusaha mengumpulkan kembali keberaniannya dan menjawab pertanyaan Iqbal tanpa pikir panjang.

"Gue Abdi sang manusia bisa segalanya, umur dua puluh tahun, anak kedokteran, teman dekat lo, teman kelas lo dan kasih gue satu kesempatan untuk hidup lebih lama!" Abdi langsung menangkupkan tangannya saat itu juga. Jujur, Abdi tak ingat dia barusan ngomong apa, ia asal saja menyebut saking takutnya.

Iqbal memberikan respon geleng-geleng pelan yang membuat Abdi sangat senang dan senyumnya sudah tak se-kaku tadi.

"Maaf Bal, sumpah gue nggak tau kalau Acha pacar lo. Beneran gue nggak bohong! Demi emak gue yang sekarang lagi rebahan dirumah sambil main tiktok, gue sama sekali nggak tau!" sumpah Abdi sungguh-sungguh.

MARIPOSA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang