22 - Know?

262K 27.5K 17.3K
                                    

Assalamualaikum semuanya.  Alhamdulillah hari ini bisa update. Maaf ya minggu kemarin tidak bisa update karena emang beberapa minggu ini aku lagi dalam kondisi yang butuh banyak healing dan istirahat. Maaf ya. 

Tolong pengertiannya ya,  kalau aku nggak update pasti aku ada alasan yang benar-benar buat aku sedang dalam kondisi belum bisa update cerita. Aku ingin menulis senyaman mungkin bukan karena terpaksa, biar feel ceritanya juga dapat dan ceritanya bisa hidup. 

Jadi mulai sekarang aku nggak bisa janji ya setiap hari Jumat bisa update Mariposa 2, tapi sebisa mungkin aku akan tetap usahakan untuk Update, tapi aku nggak bisa janji. Karena jujur beberapa hari ini aku kepikiran untuk "HIATUS" nulis. 

Alasannya karena kondisi kesehatan dan penyakit OCD.ku yang kadang nggak terkendali. Cuma aku berusaha banget buat melawan dan ingin tetap terus nulis. Jadi mohon kesabarannya dan pengertiannya ya. Aku coba tetap usahain update. Makasih banyak. 

Dan selamat membaca, semoga selalu suka dengan Mariposa 2. 

******

Mereka berlima kembali menuju Jakarta, jalanan pagi ini cukup lancar, mungkin macet sebentar ketika memasuki gerbang tol. Perjalanan mereka diiringi dengan suara cemprengGlen yang ngotot banget ingin menyanyikan lagu untuk Amanda.

"Mana ada aku jelek, mana ada aku pikirin kamu. Bukalah lebar-lebar matamu, agar kau tau kegantenganku."

Amanda merasakan kepalanya memanas, ia langsung tak segan memukul kepala Glen cukup keras, membuat cowok itu langsung meringis kesakitan. Untung saja yang menyetir mobil kali ini adalah Rian.

"GAK GITU LIRIKNYA!!" emosi Amanda. "Mending lo diem, suara lo bikin gue laper!"

Dan mereka pun memutuskan untuk mampir terlebih dahulu di sebuah restoran jepang terkenal. Kenapa restoran jepang? Karena setelah diadakan voting dadakan, hampir semua memilih ingin makan sushiterkecuali Glen dan Iqbal.

Glen menghela napas pasrah. Ia pun berteriak keras.

"PAGI-PAGI MAKAN SUSHI. ABUEGILE SIH!"

****

Mereka akhirnya selesai makan, cacing-cacing di perut mereka tidak lagi meronta-ronta ingin asupan gizi. Mereka semua seperti orang kelaparan hingga menghabiskan banyak porsi makan diluar kebiasaan mereka. Apalagi Glen, jangan ditanya. Semua diembat, semua dimakan. Seperti manusia yang tidak makan setahun.

Rian memanggil salah satu pramusaji, meminta bill makan mereka.

"Menurut lo habis berapa Cha?" bisik Amanda sangat pelan di telinga Acha.

Acha menoleh ke Amanda sebentar, kemudian menatap ke tumpukan piring-piring di depan Glen, Rian dan Iqbal. Acha geleng-geleng takjub.

"Sejuta?" jawab Acha tak kalah pelan ke Amanda.

Amanda menggeleng kecil.

"Lebih kayaknya Cha. Gila ya orang kaya kalau makan nggak pernah lihat harga, apa daya kita yang mau beli makan aja masih lihat recehan dompet ada berapa," gidik Amanda.

"Dompet Acha selalu insecure kalau didekat Iqbal," tambah Acha dramatis.

"Dompet gue meronta-ronta ingin jadi dompetnya Rian tiap hari Cha," balas Amanda lebih dramatis.

"Kan motto mereka yang penting perut kenyang, abang senang."

"Bener banget Cha. Betapa beruntungnya kita menjadi pacar orang kaya."

Amanda dan Acha bertatapan lekat, saling melemparkan senyum kecil, kemudian saling ber-highfive di bawah meja. Seolah hal tersebut patut untuk mereka syukuri.

MARIPOSA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang