Tringgg
Lonceng berbunyi, seorang pembeli masuk ke dalam cafe membuat beberapa pasang mata refleks menatap ke arahnya. Penasaran atau tidak itusudah menjadi jalanya impuls manusia yang dapat menguhubungkan reseptor ke efektornya.
Apalagi pembeli yang baru saja masuk merupakan seorang gadis berkulit putih pucat, berambut panjang bergelombang dengan muka tertutupi masker hitam dan memakai topi hitam. Semua mata nampak takjub dan mengagumi gadis itu dari jauh walaupun wajahnya tak terlihat, auranya mungkin terlalu kuat.
"Wah, wah, rambutnya bergelombang kayak iklan shampoo berjalan," gumam Rian terpanah.
"Kulitnya juga bening banget kayak porselen berjalan," sahut Glen ikut-ikutan membicarakan gadis yang baru saja masuk.
"Sepertinya Cantik Glen, ditutupi masker aja auranya udah kuat banget, gimana kalau nunjukin wajah," tambah Rian. "Tapi gue ngerasa kek pernah ketemu itu cewek."
"Inget Amanda Yan, jaga mata dan jaga hati!" pesan Glen.
"Lo juga inget Shena, dikutuk di akhirat lo sama dia!" balas Rian tak mau kalah.
Iqbal menatap sahabat-sahabatnya dengan heran, sebenarnya apa yang sedang dilihat kedua cowok ini hingga tak berhenti mengalihkan pandangan mereka. Iqbal memang duduk membelakangi pintu masuk café, jadi dia sama sekali tidak melihat siapa gadis yang baru saja masuk.
"Lihat siapa?" tanya Iqbal basa-basi.
"Coba lo ngadep kebelakang. Ada cewek kulitnya bening banget," suruh Glen.
"Males," tolak Iqbal cepat.
"Lihat aja bentar Bal, gue yakin lo bakal ngakuin aura cantik cewek itu," paksa Glen dan diangguki Rian.
Iqbal menghela napas berat, sebenarnya ia tidak ingin tau tentang cewek yang dimaksud teman-temannya itu, tapi daripada mereka terus memaksa, Iqbal memutuskan untuk membalikkan tubuhnya, melihat sendiri gadis cantik yang dimaksud ketiga temannya.
Kedua mata Iqbal menemukan seorang gadis memakai masker dan topi hitam tengah duduk diruang tunggu pemesanan take-away. Gadis itu tengah asik memainkan ponselnya dengan kedua telinga memakai headset. Cukup sulit untuk bisa mengetahui wajah gadis itu.
Namun, Kedua sudut bibir Iqbal perlahan terangkat, lantas ia berdiri.
"Mau kemana lo Bal?" bingung Rian dan Glen bersamaan.
"Ke cewek itu," jawab Iqbal enteng.
"Wah, tuh kan gue bilang apa, aura cantiknya kuat banget? Gue yakin cantikan tuh cewek daripada Acha yang manjanya naudzubillah!" ucap Glen seenaknya.
"Lo seriusan mau nyamperin tuh cewek?" tanya Rian heran.
"Iya."
"Ngapain? Ajak kenalan? Minta nomer ponselnya? Lo nggak inget udah punya pacar?" serang Rian.
"Bal inget Acha lo! Jangan selingkuh! Gue aduin Acha mampus lo! Disundanglo sama sapi-sapinya dia!" tambah Glen nakut-nakutin.
Iqbal tak mempedulikan ocehan Rian dan Glen, Ia langsung pergi begitu saja. Sedangkan Rian dan Glen langsung takjub melihat apa yang dilakukan oleh Iqbal.
"Gila dia! Udah bosenkah pacaran sama Acha?" heran Rian masih tak percaya.
"Mati dia habis ini ditangan Acha kalau ketahuan deketin cewek lain!"
"Gue nggak ikut-ikutan," seru Rian belagak tidak tau apapun.
"Gue juga. Pokoknya gue nggak lihat Iqbal lagi selingkuh!"tambah Glen.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIPOSA 2
Teen FictionMariposa kini selalu bersamanya. Mariposa selalu memencarkan keindahannya. Namun, sampai kapan Mariposa selalu bisa bersamanya? Sampai kapan Mariposa akan selalu indah? Apakah Mariposa tetap terlihat indah jika dia pergi? Mari kita mulai perjalanan...