Assalamualaikum teman-teman semua. Alhamdulillah aku bisa update Mariposa 2 part 50. Maaf ya sudah buat menunggu, karena seperti biasa aku butuh revisi lebih di part ini. Jadi, kalau semisal besok-besok aku telat updatenya mohon di mengerti ya dan semoga teman-teman pembaca semuanya selalu sabar menunggu Mariposa 2 update :)
Maaf juga ya kalau part ini masih ada typo bertebaran.
Sudah siap baca part 50-nya?
Siapa yang udah was-was duluan sebelum baca part ini?
Scene apa yang paling kalian tunggu di part ini?
Oh ya, untuk merayakan part 50 Mariposa 2, teman-teman setuju nggak kalau aku adain Give Away buat kalian semua? Kalau banyak yang setuju akan aku pertimbangkan dan diskusiin dengan Tim aku.
Semoga kalian selalu suka Mariposa 2, selalu baca Mariposa 2 dan support Mariposa 2 Aminn.
DAN SELAMAT MEMBACA MARIPOSA 2
******
Iqbal melirik jam tangannya, masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Masih ada waktu tiga jam sebelum dia pergi ke kampus.
Iqbal duduk bersama Papanya di kursi ruang makan.
"Tumben tidur di rumah semalam? Ada yang ketinggalan?" tanya Mr. Bov membuka topik di pagi ini.
Iqbal sedikit terkejut mendengar pertanyaan Mr. Bov. Ia menatap Papanya yang tengah sibuk mengambil nasi dan lauk.
"Pengin aja tidur dirumah," jawab Iqbal seadanya.
Mr. Bov mengangguk-angguk kecil.
"Hari ini ada kuliah, kan?" tanya Mr. Bov lagi.
"Ada, jam sepuluh."
"Nggak jam tujuh?" heran Mr. Bov.
"Profesor-nya minta ganti jam," jawab Iqbal lagi.
Untuk kedua kalinya Mr. Bov memberikan reaksi anggukan kecil. Mr. Bov menatap Iqbal yang mulai sibuk sarapan. Detik berikutnya, Mr. Bov mendadak tertawa pelan, seolah ada yang lucu dengan sang putra.
"Kenapa Pa?" tanya Iqbal heran melihat Papanya yang tertawa tanpa sebab.
"Lucu aja," ucap Mr. Bov.
"Maksudnya?" bingung Iqbal.
"Setiap kali bertemu kamu, Papa selalu berusaha dan selalu dominan mencari bahan pembicaraan. Tidak bisakah kamu sekali-kali yang mencari bahan pembicaraan duluan?" tanya Mr. Bov.
Iqbal menggeleng cepat.
"Iqbal nggak suka basa-basi."
"Bukan basa-basi, hanya saja meringankan beban lawan bicara. Susah loh ngajak bicara orang pendiam."
"Daritadi Papa bicara dengan lancar, nggak kelihatan kesusahan," ungkap Iqbal tak mau kalah.
Mr. Bov menghela napas pelan, putra bungsunya ini memang paling jago membalas ucapan orang dan membuat lawan bicaranya terpojokkan.
"Sepertinya bukan Papa aja yang kesusahan cari pembicaraan sama kamu. Semua orang juga pasti mengalami pengalaman yang sama. Papa jadi heran sama Acha, bisa-bisanya betah pacaran dua tahun sama kamu."
"Buktinya bisa," akuh Iqbal bangga.
Mr. Bov mengerutkan kening, menatap Iqbal dengan tatapan menyelidik.
"Jangan-jangan sikap kamu ke Papa dan ke orang-orang berbeda dengan sikap kamu ke Acha," tuding Mr. Bov.
Uhukk!
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIPOSA 2
Novela JuvenilMariposa kini selalu bersamanya. Mariposa selalu memencarkan keindahannya. Namun, sampai kapan Mariposa selalu bisa bersamanya? Sampai kapan Mariposa akan selalu indah? Apakah Mariposa tetap terlihat indah jika dia pergi? Mari kita mulai perjalanan...