Assalamualaikum, akhirnya bisa update kembali Mariposa 2 buat teman-teman semuanya.
Maaf ya malam ini sedikit terlambat karena harus revisi beberapa kali di part ini. Maaf juga ya kalau part ini masih ada typo bertebaran.
Sudah siap buat baca Mariposa 2 part 50?
Semoga teman-teman semua selalu support Mariposa 2, selalu baca Mariposa 2 dan suka Mariposa 2 Amin.
Dan, selamat membaca Mariposa 2
******
"Boleh gue minta dompet gue?"
Iqbal terdiam cukup lama, mencoba mengamati dan memahami sejenak situasi yang ada di hadapannya saat ini. Dan, bagaimana bisa gadis ini tiba-tiba ada di hadapannya?
Mereka saling bertatap untuk waktu yang cukup lama. Yah, gadis tersebut adalah Biya.
"Lo tau dari mana Apartmen gue?" Pertanyaan itu yang pertama kali keluar dari bibir Iqbal.
Tatapan kosong Biya langsung berubah, seolah tersadarkan dari renungan pikirannya.
"Bu Dana," jawab Biya.
"Bu Dana?" Iqbal merasa ia tak pernah memberitahukan alamat Apartmennya kepada Bu Dana.
Biya menghela napas pelan, terlihat malas untuk menjelaskan.
"Gue awalnya ke rumah Glen tapi gue nggak di izinin masuk. Lalu gue kerumah Rian, nggak ada siapapun. Akhirnya gue ke rumah lo dan bertemu Bi Ina yang ngasih alamat Apartmen lo." Dengan sabar Biya menjelaskan semuanya.
Iqbal mengangguk pelan, mulai mengerti.
"Jadi, bisa gue minta dompet gue kembali?" tanya Biya untuk kedua kalinya, menagih dompetnya.
Iqbal menggeleng kecil.
"Dompetnya nggak ada di gue," ucap Iqbal jujur.
Kening Biya langsung mengerut, bingung.
"Maksud lo?"
"Glen yang bawa dompet lo kemarin."
Biya menghela napas berat, seolah tak suka mendengar kabar tersebut.
"Gue butuh banget dompet gue," ucap Biya sungguh-sungguh.
Iqbal kembali fokus memandang gadis di hadapannya. Detik berikutnya sebuah senyum miring tergambar jelas di wajah Iqbal.
"Begini sambutan lo ke teman lama?" sindir Iqbal terang-terangan.
Pertanyaan dari Iqbal berhasil membuat Biya terdiam, gadis itu membeku di tempat dengan raut wajah sedikit tegang.
"Te... Teman?"
Senyum sinis Iqbal semakin mengembang.
"Mau sampai kapan pura-pura?"
"Gue nggak ngerti maksud lo," ucap Biya berusaha bersikap tetap tenang.
Iqbal mengangguk-anggukan kepalanya, tak ingin menyudutkan.
"Gue telfon Glen dulu. Gue suruh dia antar dompetnya," ucap Iqbal
"Oke, gue tunggu," balas Biya.
Iqbal masuk kembali ke Apartmennya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti, ia membalikan badan menghadap ke Biya yang masih berdiri di ambang pintunya.
"Lo nggak masuk?" tanya Iqbal.
Biya tertegun beberapa saat. Kemudian menggeleng pelan.
"Gue tunggu disini aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIPOSA 2
Teen FictionMariposa kini selalu bersamanya. Mariposa selalu memencarkan keindahannya. Namun, sampai kapan Mariposa selalu bisa bersamanya? Sampai kapan Mariposa akan selalu indah? Apakah Mariposa tetap terlihat indah jika dia pergi? Mari kita mulai perjalanan...