20 - Bidadari yang malu

275K 30.3K 17.6K
                                    

Assalamualaikum, akhirnya bisa update Mariposa part 20 ^^

Siapa yang sudah nungguin dan nggak sabar baca?

Selalu suka dan selalu baca Mariposa 2 yaa ^^

Dan, maaf banget kalau part ini banyak typonya karena nulisnya sambil nahan lapar ^^

Semoga suka dengan part ini dan semoga feel di part ini tersampaikan ke pembaca Amin ^^

Selamat membaca ^^

*****

Kesabaran Iqbal sudah diujung kepala. Kedua matanya dipenuhi kobaran emosi, tangannya siap untuk dilayangkan ke siapapun. Iqbal langsung berdiri saat itu juga, membuat Rian cepat ikut berdiri.

"BALL!!"

Rian dengan gesit meraih lengan Iqbal dan menahannya, yang dilakukan Rian membuat Iqbal langsung menoleh menatap Rian dengan tatapan yang tak bisa dapat diartikan. Rian meneguk ludahnya dengan susah payah, sedikit takut. Genggaman tangannya sedikit ia longgarkan.

"Jangan!" cegah Rian hati-hati.

Iqbal terdiam sebentar, tak langsung menjawab.

"Gue kenapa?" balas Iqbal dengan datarnya.

"Hah?" Rian langsung kebingungan seketika itu juga.

Rian menatap Iqbal lebih lekat, cowok itu terlihat sangat menyeramkan dalam artian sikapnya yang masih tenang namun tatapannya tidak bisa diartikan. Ada emosi, ketenangan, amarah, dan kelicikan disana.

"Lo nggak..." Rian menggantungkan ucapannya dengan mata melirik kesamping memberikan kode.

Iqbal mencerna arti kode tatapan Rian.

"Ah..." Iqbal memberikan sebuah senyum sinis yang membuat ketakutan Rian bertambah. Iqbal kalau sudah menunjukkan raut wajah pasti ada sesuatu yang besar direncanakan oleh cowok itu.

"Lo nggak bakalan ngelakuin hal yang sedang gue pikirkan kan?" tanya Rian ingin memperjelas.

"Emang apa yang lo pikirkan?" tanya Iqbal balik.

"Habisi mereka berdua," lirih Rian, memelankan nada suaranya.

"Tentu aja, gue akan habisi mereka berdua," jawab Iqbal sungguh-sungguh.

"Jangan kotori tangan lo," peringat Rian.

"Tentu aja bukan dengan tangan gue," balas Iqbal licik.

Rian melepaskan pelan-pelan genggaman tangannya dari lengan Iqbal, aura Iqbal benar-benar sudah kelewat menyeramkan saat ini. Cowok itu sungguh-sungguh sedang marah.

"Dengan apa?" pancing Rian ingin tahu.

"Otak gue."

Iqbal melirik sekilas ke arah samping, dua cowok di meja sebelahnya masih tertawa-tawa dengan topik yang sama, membicarakan pacarnya. Iqbal lagi-lagi memberikan sebuah senyuman sinis. Tangannya terkepal kuat untuk terakhir kalinya.

Detik berikutnya, Iqbal segera mengambil dompetnya, beranjak duluan dari café tersebut. Sebenarnya tindakan Iqbal berdiri beberapa menit yang lalu bukanlah ingin menghantam cowok-cowok biadab itu, melainkan Iqbal tidak ingin lagi mendengarkan kata-kata sampah tentang sang pacar dan menyebabkannya bisa hilang kendali.

"Bal lo mau kemana?" teriak Glen kebingungan melihat Iqbal yang langsung pergi.

"Lo ikut gue buruan," seru Iqbal tanpa berbalik.

MARIPOSA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang