Assalamualaikum semuanya, Alhamdulillah hari JUMAT datang lagi dan MARIPOSA bisa update lagi ^^
Siapa yang senang Mariposa update lagi? Angkat tangan ^^
Terima kasih banyak yaa udah setia baca Mariposa dan selalu nungguin Mariposa update. Semoga kalian selalu baca Mariposa. Amin ^^
Aku juga mau ucapin Makasih banyak yang kemarin udah rame-ramein #Bisanggaksih nya Acha di Instagram ataupun twitter. Maaf ya nggak bisa repost semua.
Kapan-kapan lagi kita buat PROJECT BARENG mau nggak untuk NOVELMARIPOSA ? ^^
DAN LANGSUNG AJA SELAMAT MEMBACA ^^
****
Iqbal turun dari mobilnya, ia baru saja sampai di Rumah Sakit Arwana, masih ada sepuluh menit dari jam janjiannya dengan Dokter Andi. Iqbal pun segera masuk kedalam Rumah sakit.
Iqbal langsung menuju ruangan Dokter Andi, baru saja Iqbal akan mengetuk pintu ruangan Dokter Andi tiba-tiba pria paruh baya itu membuka pintunya dengan tergesah.
"Dok, sa..."
"Sebentar Bal, kamu tunggu saja didalam," ucap Dokter Andi dan bergegas pergi meninggalkan Iqbal. Dari raut wajah Dokter Andi terlihat ada yang sedang urgent,mungkin pasien, pikir Iqbal.
Iqbal menoleh ke belakang, melihat Dokter Andi berlarian kecil bersama dua orang perawat menuju ke lift.
"Ada apa?"ucap Iqbal sedikit penasaran dalam hati.
Iqbal terus menatap Dokter Andi hingga menghilang dari pandangannya, namun ketika Iqbal akan berbalik, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Cowok itu terlihat sangat panik dan terburu-buru.
"Abdi," panggil Iqbal, kaki Iqbal tanpa disadari langsung mendekati Abdi yang sedang berdiri di depan lift dengan tak sabar.
Abdi menoleh ke Iqbal, sedikit kaget melihat keberadaan Iqbal. Namun, ia hanya diam saja dan kembali menatap lift.
"Ada apa?" tanya Iqbal mulai mencoba menebak.
"Sia nggak mau cuci darah, dia hampir mau bunuh diri barusan," cerita Abdi dengan nada cemas.
"Bunuh diri?" kaget Iqbal.
"Iya, dia mau loncat dari jendela kamarnya, untung saja ketahuan Mamanya."
"Lo mau ke ruang rawat Sia?"
"Iya. Kata Mamanya Sia masih histeris disana dan masih berusaha untuk bunuh diri."
Iqbal diam sejenak, meresapi baik-baik.
"Gue boleh ikut?"
Ting!Saat itu juga pintu lift terbuka.
"Boleh," balas Abdi mengizinkan. Keduanya pun segera masuk ke dalam lift, menuju ke lantai empat, tempat kamar inap Sia berada.
*****
Iqbal dan Abdi baru saja keluar dari lift, namun mereka sudah bisa mendengar suara teriakan dan tangisan Sia. Gadis itu terdengar kalut. Iqbal dan Abdi mempercepat langkah mereka menuju ke kamar 402.
Disana sudah banyak beberapa perawat, dokter dan ada juga beberapa orang yang berdiri diluar kamar yang penasaran apa yang terjadi didalam sana.
Iqbal dan Abdi menerobos dan meminta izin untuk masuk kedalam. Setelah mendapatkan pesetujuan karena Abdi merupakan sepupu Sia, mereka dipersilahkan masuk. Iqbal pun mengikuti Abdi dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIPOSA 2
Teen FictionMariposa kini selalu bersamanya. Mariposa selalu memencarkan keindahannya. Namun, sampai kapan Mariposa selalu bisa bersamanya? Sampai kapan Mariposa akan selalu indah? Apakah Mariposa tetap terlihat indah jika dia pergi? Mari kita mulai perjalanan...