Alana dan Juna yang sudah menjauhi kerumunan dari aula langsung berjalan berkeliling lingkungan sekolah, suasana kelas-kelas sangat sepi dan banyak lampu yang sengaja dihidupkan karena penjaga sekolah tahu kalau ada kegiatan reuni dan kegiatan syuting.
Juna tampak menoleh 'kan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah, sedangkan Alana sedikit takut sambil menggenggam tangan Juna dengan erat. "Kita mau kemana?" Bisiknya.
"Liat-liat aja."
Alana mengangguk singkat. "Banyak yang berubah gak sih?"
"Banyak, tetapi gak akan merubah kenangan yang ada di dalamnya," balas Juna pelan tetapi mampu di dengar Alana yang sudah memasang wajah datar.
Tiba-tiba Alana melepaskan tangannya yang ada di genggaman tangan Juna. "Kelas kamu yang mana?"
"Di lantai atas, mau kesana?" Tawar Juna membuat Alana mengangguk.
Mereka berdua berjalan ke sebuah tangga yang sepi dan terkesan agak angker kalau malam-malam begini, tapi karena ada Juna, Alana sedikit agak berani.
Baru saja menginjak lantai 2, suasana lorong sudah seperti ingin uji nyali, tidak seperti lantai bawah yang semua lampu dihidupkan, tetapi lantai 2 tak ada penerangan dari lampu satu pun dan hanya mengandalkan cahaya dari bulan dan lantai bawah.
"Juna, takut," lirih Alana yang tiba-tiba sudah kembali merangkul lengan Juna.
"Kita turun lagi aja deh kalo gitu."
"Eh, gak usah, nanggung," balas Alana tiba-tiba saat Juna bilang begitu.
"Yakin?" Tanyanya dan Alana mengangguk.
"Ini kelas aku."
Alana menoleh mengikuti arah yang di tunjuk Juna ke arah sebuah kelas yang ada di sampingnya. Mereka berdua pun berjalan ke arah pintu, tetapi karena di kunci, akhirnya mereka berdua hanya mengintip dari jendela.
Juna lebih dulu mengintip, rasa sesak kembali muncul, di dalam kelas itu banyak tersimpan kenangan cerita Juna dan Diva dulu.
Sedangkan Alana sudah menghembuskan nafasnya, kemudian ikut mengintip ke jendela. Baru saja menempelkan wajahnya ke kaca, sudah sekali banyak bayangan masa lalu kembali bermunculan.
Di dalam kelas di siang hari, Alana melihat Juna dan Diva sedang berlarian di dalam kelas. Kelas itu persis seperti mimpinya dulu yang pernah ia ceritakan dengan Juna saat di rumah orang tua Juna. Dengan cepat, Alana langsung mundur menjauhi kelas itu dengan nafas yang tersendat-sendat.
"Jun," tegur Alana membuat Juna menoleh cepat. "Ayok kita pergi ke tempat yang lain."
Juna hanya mengangguk sambil tersenyum. "Ke ruang seni musik mau gak?"
"Dimana?" Tanya Alana senang karena ia memang senang dengan hal yang berhubungan dengan musik.
"Dibawah, ayok turun lagi."
Tak memakan waktu lama, akhirnya mereka sampai di sebuah ruang seni musik yang untungnya tidak di kunci dan juga terang.
Ruangan itu terbilang cukup luas dengan berbagai macam alat musik di dalamnya. Ada sebuah angklung yang bersusun rapih membuat Alana ingin memainkannya.
Kring...kring...
"Eh? Hehehe," Alana tertawa pelan dengan malu-malu karena membuat berisik, tetapi Juna malah tersenyum lebar.
"Mainin aja."
Alana langsung saja memainkannya membuat rasa senang itu kembali muncul. Bukan hanya angklung, tetapi Kolintang, bahkan sampai gendang Alana rusuhin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END)
RomanceRank : #1🥇Acak: 23-10-2023 #1🥇Misteri: 20-11-2023 #Top5🏅Cerita Pendek: 20-10-2021 #1🥇Abdi Negara: 19-01-2023 #1🥇Penyanyi: 27-02-2023 #1🥇Teka-teki: 20-11-2023 -- Arjuna Dewantara atau kerap disapa Juna, adalah seorang perwira polisi berusia 30...