Thirty Two 🔎

1.7K 120 4
                                    

Alana terdiam merenung di tepian balkon, sedari tadi ia hanya terus menangis dan tak banyak bicara. Alana masih kepikiran soal kejadian 2 jam yang lalu dimana ia dan Juna dipisahkan karena sebuah masa lalu Juna yang sudah hadir kembali.

Matanya sangat sembab dan sedikit bangkak, terlalu lama menangis membuat Alana capek sendiri, capek menangisi orang yang selama ini tidak mencintainya.

Apakah Juna pernah bilang bahwa Juna mencintainya? Baru saja Alana ingat fakta itu bahwa Juna hanya menyukainya bukan?

Alana kembali masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, tetapi ia melihat sebuah paper bag berisi music box pemberian terakhir Juna tadi siang, Alana pun membukanya.

Music box berputar, lagu pun terdengar. Alana hanya menangis kembali dan sangat menyayat hati jika di dengan orang lain.

"Kalau kamu masih mencintai masa lalu kamu, kenapa kamu dekati aku waktu itu?" Lirih Alana menatap music box itu dan membayangkan Juna yang pernah bilang bahwa Juna menyukai Alana saat di pantai.

"Teruntuk kamu, Diva. Kenapa kamu hadir kembali disaat aku cinta sama Juna!" Teriak Alana frustasi.

Kring....

Panggilan suara ponsel membuat Alana terdiam sebentar lalu menoleh mencari letak handphone-nya berada. Saat Alana melihat siapa yang menelepon membuat Alana tambah menangis karena tertera nama 'Juna' disana.

Alana mengangkat panggilan itu dengan berat hati karena sebenarnya Alana rindu dengan sosok Juna.

"Al, halo?"

"Jun..." Baru se-kata saja Alana sudah menangis terisak yang pastinya akan di dengar oleh Juna.

"Kamu nangis? Al? Halo? Hey, kamu lagi nangis?!"

Alana menatap ke arah langit kamar dan mengusap air matanya, kemudian Alana tertawa. "Tapi kamu sekarang lagi seneng banget 'kan? Syukurlah kalo kamu lagi bahagia malam ini, aku pun pasti ikut seneng."

"Jawab, Al."

"Bisa dibilang gitu, aku memang abis nangis, hahaha," balas Alana dengan tawa hambar. "Ternyata gini ya kalo lagi jatuh cinta sama orang, sekalinya orang itu pergi, aku akan merasa kehilangan sampai nangisin orang itu."

"Ada yang perlu kita bicarakan."

"Gak perlu."

"Alana! Tolong!"

"Gak usah, Jun. Aku tau maksud kamu, aku ngerti kok," balas Alana berusaha tersenyum tegar. "Lebih baik gak usah dibicarakan, aku yang akan memilih pergi."

"Maaf..."

Kalimat 'maaf' itu membuat hati Alana teriris perih seolah mengisyaratkan bahwa dugaanya memang benar, bahwa Juna memang mau memutuskan untuk mengakhiri semua ini.

"Udah dulu ya, Jun. Makasih untuk semuanya. Semoga kamu bahagia terus."

Dengan sepihak dan tanpa menunggu jawaban, akhirnya Alana mematikan panggilan tersebut sambil terisak dengan tangisan air mata, terlalu lama menangis membuat Alana mengantuk dan tanpa sadar ia tertidur.

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang