Ten 🔎

3K 249 45
                                    

Malam pun telah tiba, tetapi Juna dan Alana masih terjebak dalam kemacetan di tengah jalan. Cuaca yang dingin dan gelap membuat Alana mengantuk lalu tertidur.

Juna sedikit menoleh saat melihat Alana yang sudah nyenyak tertidur di sampingnya. Juna hanya terdiam memerhatikan wajah Alana yang begitu polos saat tertidur seolah karakter wanita menyebalkan langsung hilang di dirinya. Juna pun menggeleng cepat dan melajukan kendaraannya.

Tak berapa lama kemudian, mobil mereka sampai di depan rumah Alana yang sepi seperti biasanya. Juna sebenarnya tidak tega membangunkan Alana, tetapi mau tidak mau harus ia bangunkan.

"Al, bangun, udah nyampe," tegur Juna sambil menatap Alana.

Alana hanya menggeliat dan tak kunjung membukakan matanya membuat Juna harus lebih ekstra lagi.
"Alanaaa, bangun gak? Atau mau saya dorong aja keluar?" Ancam Juna yang tak ada manis-manisnya.

Dengan setengah kesadaran, Alana malah memegang tangan Juna dengan erat membuat Juna kaget. "Jangan pergi ... Aku kangen. "

Juna terdiam mematung memandang tangan mereka dan wajah Alana secara bergantian dengan perasaan aneh saat Alana mengucapkan itu.

"Ish! Kamu tunggu sini ya, aku mau kesana mau beli kue Cucur," ceplos Alana asal membuat Juna cekikikan dengan perasaan lega karena Alana hanyalah mengigau.

Juna pun langsung menyentil jidat Alana dan mendekatkan bibirnya ke telinga Alana. "KUE CUCURNYA UDAH SAYA MAKAN MBAK!"

"JANGAN!!!" teriak Alana kaget karena suara toak dari Juna yang mengganggu gendang telinganya. Alana pun melotot dengan nafas ngos-ngosan.

"Bhahahaks," tawa Juna pecah sambil memukul kursi mobil membuat Alana menoleh cepat dengan tatapan tajam.

"Ihhhh, ngeselin!" Kesal Alana geregetan kemudian Alana melihat sekitar. "Lah, udah nyampe?"

"Dari tadi mbak Alana, tidur nyenyak banget sampe mimpi kue cucur, random sekali," jelas Juna malas. "Cepet sana turun, saya juga mau pulang."

"Parah banget ngusir," keluh Alana. "Yaudah lah aku juga gak mau lama-lama disini, nanti darah tinggi," lanjut Alana sambil membuka pintu mobilnya.

"Kamu aja udah darah tinggi, apalagi saya. Bisa mati muda kalo sama kamu terus!"

"Oh ya?" Tanya Alana mengangkat sebelah alisnya. "Kamu mati pun aku gak peduli," lanjut Alana langsung keluar dari mobil Juna.

Tanpa basa-basi kayak di film-film, saat Alana baru saja turun, mobil yang dikendarai Juna langsung pergi tancap gas begitu saja hal itu membuat Alana mengelus dadanya dengan sabar. "Sabar Alana ..., Orang sabar suaminya ganteng, tapi bukan dia!"

Alana pun berjalan menuju gerbang rumahnya dan membuka gembok pagar, setelah itu Alana berjalan ke arah teras rumahnya sambil menunduk ke dalam tasnya merogoh kunci pintu rumah.

Setelah mendapat kunci rumah, Alana langsung menoleh ke depan, tetapi pandangannya malah melihat sosok pria yang selama ini menjadi penguntitnya.

Alana melotot kaget dengan perasaan takut yang menjalar di tubuhnya, apalagi pria itu berjalan dengan tegap ke arahnya, sontak saja Alana langsung mundur dengan badan bergetar.

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang