Forty Two 🔎

1.9K 149 63
                                    

Tepat jam 6 pagi, Juna sudah jogging keliling di sekitar tempat kawasan penduduk untuk menenangkan diri sekalian menyapa ramah tetangga-tetangga yang berpapasan membuat orang yang disapanya merasa senang sekaligus kagum.

Setelah berkeling-keliling, Juna memutuskan untuk pergi ke rumah Diva. Terlihat ia sedang agak grogi di depan pintu dan dalam satu tarikan napas, Juna mengetuknya.

Tok... Tok...

Ketukan pertama belum ada balasan, memang dari luar rumah ini tampak sepi tapi Juna yakin masih ada orang di dalamnya.

Tok... Tok....

"Sebentar!"

Juna membuang napasnya dengan tenang saat ia mendengar suara sahutan dari dalam rumah. Tiba-tiba ia mendengar suara kunci pintu rumah berbunyi membuat Juna langsung tersenyum merasa tidak sabar.

Pintu terbuka sedikit, menampilkan wajah ayahnya Diva yang sudah bertahun-tahun Juna tak melihatnya. Dani melihat Juna hanya melotot kaget melihat perubahan Juna sekarang.

Pintu kembali di buka agak lebar. "Eh, Ini Juna 'kan? Masuk dulu, Juna."

Juna hanya tersenyum mengangguk dan masuk. Kini mereka berdua sudah duduk di ruang tamu. Juna mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah yang sudah 10 tahun tidak ia datangi, Juna berharap ada Diva disini.

"Sudah lama kamu tidak main kesini, Jun. Sekarang kamu tinggal dimana?" Tanya Dani ramah.

"Saya sama orang tua saya masih di Jakarta, om. Cuman saya gak tinggal lagi sama mereka, karena jauh dari tempat kerja."

Dani mengangguk. "Dulu om masih ingat kamu dengan Diva dulu main terus, gak bosan-bosan. Gak misah-misah. Sampai tiba waktu itu om masih gak nyangka putri om dinyatakan hilang," jelas Dani sambil menerawang jauh kejadian itu dengan sedikit malamun dan Juna ikut menghayati itu.

"Juna juga gak nyangka, om. Akan ada hal kayak gitu."

Juna menarik napasnya berusaha mengumpulkan tenaga dan keberaniannya. "Om, maaf, saya bisa ketemu dengan Diva nya, om?" Tanya Juna hati-hati.

Dani menoleh dengan tatapan yang sudah tidak kaget lagi membuat Juna yakin dengan reaksi yang diberikan Dani bahwa Diva memang ada di tempat ini.

"Dia... Gak ada disini, Jun," balasnya dan Juna tidak percaya. "Anak om itu sedang pergi ke tempat ibunya, om juga tidak keberatan, tapi kadang siang atau malam ia pulang kesini, entahlah, dia hanya ingin menenangkan diri dulu dan berusaha meyakinkan ibunya dengan cara apapun. Om juga awalnya kaget waktu itu ada anak muda yang biasa om liat di TV datang ke rumah, Diva sudah cerita semuanya ke, Om. Sekarang om sudah bisa percaya, walaupun wajahnya sudah berubah, tapi yang penting ia selamat, om sudah sangat bersyukur, kamu juga harus mengerti, Jun."

"Juna mengerti, om. Semuanya memang gak mudah," balasnya seolah Juna juga ikut bersabar. "Oh ya, om, om kenal orang ini?" Tanya Juna sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya membuat dahi Dani mengerit bingung.

"Coba lihat," lalu ia pun merampas pelan ponsel Juna karena ingin melihatnya dengan jelas.

"Ini..." Gantungnya tak percaya. "Anak om?" Tanyanya.

"Juna masih bingung kenapa bisa ketemu orang yang mirip dengan Diva, namanya juga Dita, apa Diva punya saudara, om?"

"Kamu ketemu dia? Dia saudara kembar Diva. Waktu itu tantenya Diva sudah lama tidak punya anak, dan kebetulan anak om kembar waktu masih bayi, intinya ceritanya panjang, singkat cerita Dita ini diasuh oleh tantenya dan Diva juga kami tidak pernah menceritakan ke dia kalau dia punya saudara."

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang