Forty Five 🔎

2.2K 145 65
                                    

Hari hari berlalu, mereka berdua kembali sibuk kerja ke Jakarta, apalagi sang Artis Alana Davika sudah menghebohkan netizen soal ingatannya yang sudah kembali dan kini sang nama Diva itu sekarang tetap disebut oleh netizen Indonesia dengan sebutan Alana Diva. Diva tidak mempermasalahkan itu.

Dan tak kalah hebohnya lagi, berita yang selama ini mereka tutup-tutupi kini sudah menyebar luas perihal Diva yang akan segera menikah dengan AKBP Arjuna Dewantara. Entahlah, siapa yang Cepu mereka tidak mau pusing karena sudah tersebar juga.

Disaat Diva sibuk fitting baju pengantin dengan sang perancang busana terkenal, Ivan Gunarso, sambil ditunggu oleh Juna. Mereka sudah mendapatkan baju yang pas dan begitu tiba di luar, mereka dikagetkan dengan sosok wanita yang tidak asing lagi bagi mereka, yaitu saudara kembarnya Diva, Dita.

"D-dita?" Ucap Diva termangu.

Dita pun menoleh kaget saat sedang membersihkan kaca butik, ia hanya diam, perlahan ia menjatuhkan alat pembersih kacanya, kemudian ia hendak ingin berlari tetapi tangannya dicekal oleh Diva.

"Dita!" Sentak Diva menyuruh Dita agak tidak menjauh.

"Aku udah jahat sama kamu, Div," ucapnya cepat dengan penuh penyesalan serta tenggorokan yang tercekat. "Aku nyesel banget sumpah."

"Lupain aja yang udah lalu, mau bagaimanapun juga kamu kan sodara aku, udah bareng dari rahim ibu," balas Diva sambil tersenyum membuat Dita tambah semakin merasa bersalah.

"A-aku minta maaf, Div, aku minta maaf--

"Iya-iya, udah dari dulu aku maafin kamu, kita bareng-bareng lagi ya?" Diva menarik cepat tubuh Dita bangkit saat Dita ingin bersujud di kakinya.

Kemudian Dita melirik ke Juna dengan menundukkan kepalanya takut.  "J-jun, maafin aku, aku malu sebenarnya bisa ketemu kalian lagi."

Juna hanya tersenyum tipis. "Iya, gak papa Dit, yang kemarin jadiin pelajaran aja ya, saya juga minta maaf sama kamu saat di rumah makan kemarin karena sempat ngatain kamu."

Diva memegang bahu Dita lalu mengelus wajah mulusnya. "Muka kamu, kayak muka kakak dulu, kalo liat kamu berasa kayak lagi bercermin," ujar Diva membuat Dita memeluknya dengan rasa nyaman.

"Kalian aku dengar mau menikah ya? Aku tau dari TV," Tanyanya sambil melepas pelukan mereka.

"Bener, Dit. 2 Minggu lagi akad dan resepsi disini karena kamarin sudah lamaran di Banjarmasin, dateng ya Dit, aku ajak ibu sama bapak. Jangan sungkan mampir ke rumah kakak."

**

Juna dan Diva bergandengan tangan di sepanjang pinggir pantai menikmati sejuknya angin malam. mereka kembali mengenang saat pertama kali mereka saling mengungkapkan perasaan disini.

"Kalo dipikir-pikir aku beruntung ya, Div."

Diva nyengir tidak jelas. "Beruntung apanya?"

"Dari kecil gak pernah deket sama cewek, eh tau-tau ada cewek rempong dateng ke rumah ngajak kenalan, abisitu aku sama anak itu akrab dari kecil, main barengan terus sampe besar keterusan, sama-sama gak pernah pacaran dan deket dengan siapa pun, eh, pas udah dewasa malah mau nikah sama anak cerewet itu."

Diva menepuk lengan Juna kuat. "Mana ada gak pernah deket dengan cewek lain, itu si Alana buktinya apa?"

"Alana ya? Oh cewek itu, entah mepet-mepet mulu dia pas gak ada kamu, sok akrab."

"Daripada sok ganteng, idihh."

"Sok ganteng gini juga kamu mau."

"Iya lah, karena kamu ganteng aja, coba jelek aku gak bakal mau."

Juna menyentil kening Diva sambil melotot. "Dasar Mandang fisik!"

"Gak! Dimana-mana cowok tau yang Mandang fisik, cewek mah terima apa adanya, tuh liat buktinya!" Diva mengarahkan dagunya ke arah wanita muda yang sedang bercanda dengan seorang pria tua Bangka, hal itu membuat Juna dan Diva tertawa ngikik-ngikik.

"Kalo itu yang ganteng black card nya, Div."

Kemudian mereka berdua duduk di atas tumpukan pasir pantai sambil menatap ombak. "Punya angan-angan gak?"

Diva mengerit bingung. "Angan-angan gimana? Angan-angan aku dari dulu sudah terpenuhi, ingatan kembali, bisa kumpul sama keluarga dan tahu masa lalu aku, jadi gak ada lagi."

"Gitu ya? Berarti gak ada dong angan-angan sama aku?" Balas Juna lemas membuat Diva termenung cukup lama.

"Pasti ada, kalo kamu punya angan-angan sama aku kayak gimana sih?

"Kayak nanti aku pulang kerja udah ada yang nungguin di rumah, dimasakin yang enak-enak, main sama anak-anak yang lucu-lucu, mereka lari-larian sana sini, terus kita sama anak kita bakal keliling dunia jelajahi tempat sana sini kalo perlu di pantai ini kita liatin anak-anak kita main pasir, terus aku sama anak cowok aku main bola pantai terus kamu sama anak cewek aku main istana pasir. Sederhana, tapi itu keinginan aku, Div."

Angin kembali berhembus. "Aku suka kalo kamu punya keinginan kayak gitu, aku juga mau," balas Diva agak terharu dan seolah ikut masuk membayangkannya.

"Benar, kita ke tempat-tempat paling indah, kita bakal lakuin hal-hal yang belum pernah kita lakuin, kira-kira apa nih?"

"Liatin pemandangan bunga tulip," balas Diva cepat.

"Naik balon udara," sambung Juna.

"Nulis inisial di gembok menara Eiffel."

"Teriak di atas tebing."

"Dan naik kincir ria lagi," ucap mereka kompak lalu mereka tertawa.

Kemudian mereka yang dari duduk langsung berbaring di atas pasir sambil menatap bulan purnama.

"Sebelum nikah, kita naik kincir ria lagi yok."

"Kenapa gak nunggu tahun baru, Jun? Sambil liatin kembang api?" Heran Diva.

"Kelamaan, keburu akunya ada urusan ke tempat lain."

"Lah kok?"

Juna kemudian menatap mata Diva dengan tenang. "Terus kita foto prewed di taman bunga tulip, nulis inisial di menara Eiffel sama naik balon udara."

Diva bingun membalas apa, ini terlalu begitu cepat. "Prewed di tempat-tempat itu? Untuk apa? Kenapa gak kayak di pantai ini? Terus di danau deket rumah kita dulu yang kayak seolah-olah menimbulkan kenangan aja gitu."

"Udah biasa, tempat-tempat yang kamu sebut cukup dikenang di ingatan aja. Kalo tempat yang ada di angan-angan kita harus terlaksana secepatnya, biar gak jadi penyesalan, Belum aja keinginan terwujud tau-tau gak jadi."

"Div."

"Ya?"

"Kita selamanya terus ya."

"Iya, asal kamu jangan pergi."

"Kalo pun iya, aku gak akan jauh."

Diva menoleh cepat. "Aku gak pernah sekali pun nyesel bisa kenal kamu, Jun."

*

Sorry nih, lama update wkwk.

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang