Two 🔎

5K 423 144
                                    

Saat hari libur seperti ini, Juna sedang duduk santai di sebuah mansion besar. Mansion itu milik orang tuanya Juna, bukan karena niat Juna yang ingin mengunjungi rumah orang tuanya, tetapi desakan ibunya yang menelponnya tadi malam lah seolah ada hal penting yang ingin disampaikan.

Juna sedang menatap ibunya yang dandanannya seperti seorang selebriti kelas atas. Jenar sedang asik sendiri sambil ketawa-ketawa sendiri mengurus hewan peliharaannya. Seekor kucing berbulu lebat hadiah pemberian ayahnya Juna.

"Cupp... Cupp... Sayang... Kamu setiap hari makin menggemaskan," ucap Jenar sambil mengelus-elus bulu kucingnya seolah-olah benar-benar gemas dimatanya sampai-sampai Juna dicuekin.

"Ma," tegur Juna dan tak digubris oleh Jenar.

"Mamaa," panggil Juna sekali lagi membuat Jenar menoleh dengan sinis.

"Apa kamu! Ganggu aja, sana-sana."

"Kok usir Juna sih, Ma? Terus gunanya Mama manggil Juna kesini buat apa?"

Jenar berdecak sebal dengan putra semata wayangnya itu. "Kemarin si embul habis lahiran anak kucing lucu," ucap Jenar memberi tahu.

"Terus? Hubungannya sama Juna apa?"

"Ya kamu itu peka tidak sih!" Bentak Jenar kesal membuat Juna kaget, Juna tampak berfikir keras tentang apa kesalahan yang ia lakukan sampai-sampai ia dituduh tidak peka.

"Gak peka apanya, ma?"

"Maksud Mama tuh, kamu tuh masa kalah sama kucing yang sudah beranak banyak. Mama tuh pengen kamu juga punya anak Juna."

"Masalah buat anak mah urusan gampang, yang susah cari istri, ma."

"Susah darimana? Anak Mama ini sudah paket komplit, yang jelas bukan kamu lagi yang memilih dan mencari wanita, tapi para wanita-wanita yang datang duluan memilih kamu."

"Gak ada yang nyantol, Ma."

"Halah kamu itu paling bisa cari alasan. Dari 5 wanita yang Mama jodohkan sama kamu dan berkelas tinggi kamu tolak semua tuh, jangan terlalu sombong kamu Jun, nanti kena karma!"

"Bukannya sombong, Ma. Tapi pilihan Mama itu gak ada yang cocok di Juna Ma, lagian kan yang akan menjalani hidup ya Juna lah."

"Juna, Juna. Mama sedih kalau kumpul arisan sama teman-teman Mama, mereka pada bahas anaknya lagi deket sama ini itu lah, terus ada juga yang sudah punya cucu lucu-lucu. Mama pengen Minang cucu gemes juga, Juna."

"Nanti ya, Ma, sabar."

"Sabar aja terus, Mama udah habis sabar loh! Masa kalah sama Embul, dalam waktu beberapa bulan sudah punya banyak anak. Gak kayak kamu, 30 tahun hidup di dunia belum punya anak."

Juna menganga lebar tak habis pikir dengan ucapan Jenar yang membanding-bandingkan dirinya dengan seekor kucing. Juna langsung melotot ke arah si Embul dan dibalas Embul dengan tatapan sinis sambil menjulurkan lidahnya seolah mengejek Juna, Embul pun lalu turun dari pangkuan Jenar dan pergi.

"Pokoknya nanti malam kamu harus ketemu dengan anak teman Mama," putus Jenar dengan tekat yang kuat.

"Anak teman Mama yang mana lagi?" Tanya Juna malas.

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang