Thirty Six 🔎

1.8K 119 2
                                    

Sudah 13 hari Alana dirawat dan masih juga belum sadarkan diri. Semua orang begitu khawatir mulai dari teman-teman Alana sesama artis, para fans dan lain-lain, termasuk Gibran dan Karin pun turut merasa khawatir.

Sedangkan Juna, pria itu tak pernah sehari pun melewatkan waktu hanya untuk menjenguk Alana sebentar. Juna hanya berharap Alana bisa cepat segera sadar dari komanya.

Apalagi Juna merasa sangat bersalah semenjak Vita, sahabat Alana membongkar sebuah fakta mengejutkan yang membuat Juna menyesal karena telah tidak menyadari sesuatu.

*

"Hasil pemeriksaan yang gue dapet dari Alana," ucap Vita menyodorkan sebuah kertas ke Juna dan Juna pun membacanya dengan bingung.

"Gue sempet bawa dia waktu itu ke neurologi, kebetulan profesornya ya oom gue," jelas Vita sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

"Dan satu lagi," lagi-lagi Vita menyodorkan sebuah kertas yang dengan cepat Juna membacanya dalam diam.

"Tahun 2013 Alana pernah menjadi korban kecelakaan dan membuat sebagian wajahnya rusak--

"Jadi, maksudnya ini..." Gantung Juna membuat Vita menghembuskan nafasnya.

"Dia sempat operasi plastik buat dapetin wajah baru."

Nafas Juna tercekat, kini firasatnya sudah tidak enak, melihat tahunnya saja membuat Juna sudah berpikir tidak-tidak, bagaimana jika firasatnya selama ini memang benar.

"Untuk masalah Diva, cewek yang saat ini sama Lo sekarang biar Lo sendiri aja deh yang selidikin, bukan ranah gue lagi kalo sampe sana," ujar Vita sambil menyeruput es jeruknya. "Gue pamit pulang ya, permisi."

Setelah Vita pergi, Juna terdiam menatap kertas-kertas yang ada di genggamannya, langsung saja Juna meremas kertas tersebut sambil menyusun sebuah rencana dan Juna akan mencari tahunya secepat mungkin.

*

Tok...tok...tok....

"Lah, kok gak bilang-bilang mau main kesini pagi-pagi, gak kerja kamu hari ini?" Tanya Diva heran saat jam 8 pagi begini Juna tiba-tiba datang ke rumahnya.

Juna tak menjawab, ia terus berjalan ke ruang tengah, dan menaruh sebuah kresek hitam di atas meja. "Aku tadi beli bakso."

Diva terkekeh pelan. "Pagi-pagi emang ada tukang bakso, ada-ada aja," ucapnya sambil mengambil kantong plastik tersebut ke arah dapur untuk ia salin ke mangkuk.

Sedangkan Juna duduk terdiam di sofa untuk menunggu. Tak berselang lama Diva akhirnya datang dengan membawa nampan berisikan dua mangkok bakso dan kue kotak dengan merk terkenal.

"Sarapan dulu kita, Jun," girang Diva mengambil mangkok bakso dan diberikan ke Juna satu dan ia juga. "Kamu bawa kue black forest karena kamu pengen ya?" Tanya Diva.

"Buat kamu itu, kamu kan suka," balas Juna santai.

"Loh, kapan coba aku ngomong gitu?" Tanya Diva heran, tapi justru Juna juga yang tambah terheran-heran.

"Kan kamu dulu suka banget kue itu, Div. Masa lupa."

Diva hanya diam sambil sibuk mengunyah baksonya sesekali menuangkan banyak sambal ke mangkuknya dengan semangat. "Mantep sarapan pagi makan pedes-pedes."

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang