Seven 🔎

3.3K 300 69
                                    

Pintu terbuka lebar dan lampu ruangan dinyalakan. Di rumah sebesar itu dan hidup sendirian membuat Juna seenak jidat mencopot sepatunya asal sambil melempar jaket kulitnya ke sembarang arah.

Juna pergi berjalan ke arah dapur untuk membuat kopi, setelah itu Juna berjalan ke arah sofa empuknya sambil menghidupkan AC ruangan dan menyalakan TV untuk menemani malamnya.

Melihat acara TV yang di tayangan hanya itu-itu saja membuat Juna sedikit bosan. Tiba-tiba saja pikirannya teringat akan keputusannya yang mengajak Alana untuk menjadi pacar pura-pura, Juna tahu itu konyol, tapi mau gimana lagi, namanya juga dadakan dan sudah terlanjur membuat tindakan tanpa difikir terlebih dahulu.

Apakah Juna menyesal? Tentu saja! Tetapi semua itu tidak berlangsung lama saat terdengar notifikasi pesan yang berbunyi.

Ting!

Alana
Hai, maaf mengganggu.
Untuk soal tadi gw rasa setuju.
Jd pcr pura" lo.

Juna hanya diam dan tak membalasnya karena bingung mau membalas apa. Saat tadi Juna bilang seperti itu, Alana sempat banyak pertimbangan untuk hal itu. Juna pun sempat mengajak Alana untuk bertukaran nomor jika sudah ada keputusan. Setelah itu Alana pamit pergi ke belakang panggung karena mengaku sudah di hubungi oleh manager pribadinya.

***

Alana yang sedang rebahan di atas tempat tidurnya menggerutu kesal saat pesannya kepada Juna tak dibalas. Padahal Alana sudah memikirkan matang-matang dan butuh nyali besar untuk mengerimkan pesan duluan ke Juna.

"Ihhh, sebenarnya yang butuh itu dia apa gue sih!"

Sebal tak ada balasan lebih baik Alana mematikan lampu kamarnya sambil menarik selimut untuk tidur. Lagian tidak perlu pusing karena itu tidak penting baginya.

Drrrtttt....

Dering handphone terdengar nyaring dan bergetar sangat panjang membuat Alana tersentak kaget dan meraih handphone-nya yang ada di atas nakas.

"Juna?" gumam Alana setengah mengantuk dan mengangkat panggilan tersebut.

"Halo? Selamat malam, mengganggu waktunya tidak?" ucap Juna memulai obrolan.

"Ya, selamat malam, sama sekali tidak mengganggu, pak. Ini dari polda ya?" tanya Alana sambil menutup mulut untuk menahan tawanya. Habisnya sih, gaya bicara Juna seperti penjaga rutan cipinang.

"Ekhem! Alana, besok kamu sibuk gak?"

"Gak, lagi free banget besok. Kenapa? Mau ngajak jalan ya?"

"Tentang pesan kamu tadi itu kamu sudah yakin dan sudah pikir matang-matang?"

"Iya."

"Serlok rumah kamu, besok pagi jam 9 saya jemput kamu."

"Lah, lah, kemana?!" tanya Alana kaget.

"Rumah orang tua saya."

***

"Membawa anak itu ke rumah orang tua ya?" gumam Juna saat ia sudah menunggu di dalam mobil tepat di depan rumah Alana jam 10 pagi.

Juna tertawa kecil, masih tak meyangka ia sudah sejauh ini, padahal Alana adalah mantan terdakwanya sendiri, tetapi seolah takdir mempertemukan lagi mereka dan menjadi pacar bohongan.

SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang