Suara dentuman musik terdengar sangat keras memeriahkan pesta ulang tahun mewah di malam hari, semua orang tampak berjoget heboh mengikuti alunan musik sambil sesekali berfoto-foto.
Di tengah sekumpulan orang-orang yang hadir sedang menari, kini ada Luna, sang bintang pesta ulang tahun sedang duduk di sofa panjang bersama dengan para teman-temannya sambil minum dan melepas tawanya.
"Cheersss dong!"
Mereka berenam termasuk Luna langsung bersulang dengan gelasnya yang berisi minuman.
"Hahaha, gila sih pesta udah semewah ini, tapi Lo malah gak bawa pacar Lo? eh.. Btw emang si Luna ada pacar?" ejek temannya membuat mereka tertawa termasuk Luna yang ikutan ketawa kemudian merenggut kesal.
"Bukan pacar lagi mainnya beb... Udah punya calon malah, iya 'kan Luna?" tanya temannya yang lain.
Luna pun hanya menunduk seakan merasa sedikit sedih kemudian kembali bangkit dengan senyum yang terpaksa. "Iya dong jelas, udah gak main lagi yang namanya pacaran."
"Widih... Ekhem, calon yang dimaksud itu si Juna itu 'kan Luna?"
"Hah, Arjuna Dewantara kakak kelas kita dulu? Gila... Sampe sekarang gini lo masih sama dia? Langgeng banget gak sih?" heboh temannya kaget.
"Tapi yang gue denger-denger sih... Eh jangan kesinggung lho tapi, menurut berita-berita katanya si Juna itu pacaran sama penyanyi yang dulu sempet ada kasus itu lho, kalo gak salah si Alana Davika."
"Ah... Yang bener lo, serius?"
"Emang itu bener ya, Luna?"
Luna kemudian melirik kelima temannya dengan perasaan tak enak seolah berusaha menutup sesuatu.
"Ya enggak lah! Itu mah cuman isu doang kok....""Sudah gue tebak sih, lagian cowok sekelas Juna cocoknya sama lo, bukan Alana Davika. Eh, sekarang kemana tuh artis? Kok gak muncul lagi?"
"Udah gak laku kali, atau udah diboikot di TV!" cetuk temannya yang lain dan langsung mereka berenam tertawa.
"Daripada bahas Alana, mending bahas Juna. Itu kemana cowok lo Luna? Kok gak ada disini?"
Luna pun dibuat kebingungan dengan pertanyaan itu, pasalnya Luna sendiri tidak tahu dimana Juna berada.
"Bentar lagi dateng mungkin, eh minum lagi aja yok, haus nih!" ajak Luna seolah mengalihkan pembicaraan.Disatu sisi terdapat kekumpulan orang berseragam polisi berjalan beriiringan seolah menarik perhatian orang-orang disekitar, kemudian para polisi itu berjalan menghampiri tempat duduk Luna dan kawan-kawannya.
"Maaf mengganggu waktunya sebentar, apa benar dengan saudari Laluna Arunia?" tanya polisi itu membuat pesta tiba-tiba hening seolah Luna menjadi pusat perhatian.
"Iya, saya sendiri, kenapa ya, pak?" tanya Luna dengan perasaan panik.
"Anda ditangkap dengan kasus penipuan, penculikan, pemalsuan identitas korban pesawat jatuh atas nama Alana Davika--
"Tunggu! Bapak jangan sembarangan nuduh ya!" potong Luna dengan membentak.
"Kami tidak sembarangan menuduh, banyak bukti-bukti yang kami temukan seperti rekaman cctv dilokasi kejadian, dan beberapa dokter di rumah sakit yang kami mintai keterangan."
"Tapi itu semua gak cukup untuk membuktikan saya yang bersalah! KATAKAN KE SAYA, SIAPA ORANG YANG SUDAH MELAPORKAN KASUS INI!" teriak Luna histeris membuat teman-temannya ikut menenangkan.
Teriakan Luna yang histeris berhasil membuat keluarga Luna syok yang melihat dari jauh kemudian mereka menghampiri Luna.
"Yang melapor anda adalah atasan kami sendiri, pak Arjuna Dewantara."
Luna dan semua orang dibuat kaget dengan pengakuan polisi itu membuat Luna kesulitan nafas.
"Gak, gak mungkin Juna kan? Ini gak mungkin," histeris Luna sambil mengacak rambutnya dengan frustrasi."Lunaaa," tegur ibunya Luna sambil memeluk Luna dengan erat seolah berusaha menenangkannya kemudian menatap tajam polisi itu.
"Maksud bapak apa ya nuduh-nuduh anak saya, saya ini ibunya, saya lebih tau anak saya seperti apa!" bentak ibunya Luna.
"Nanti dijelaskan di kantor polisi, kalian berdua, cepat bawa dia!" perintah polisi itu kepada kedua anak buahnya dan kedua anak buahnya pun langsung menarik tangan Luna dengan paksa.
"LEPASIN ANAK SAYA!"
"MAMI .... PAK! LEPASIN GUE!" bentak Luna seolah berusaha melepas tangannya dan terjadilah aksi saling tarik menarik.
Tak memakan waktu lama, Luna berhasil dibawa keluar dari gedung pesta itu dan masuk kedalam mobil polisi.
Ayah dan ibunya Luna yang panik langsung mengetuk-ngetuk jendela mobil dan saat itu juga mobil yang ditumpangi Luna dan ketiga polisi itu pergi dengan cepat membuat ibunya Luna histeris.
"LUNAAAA!!!"
"Mi, tenang mi..." ucap ayahnya Luna yang ikut menangis melihat mobil itu pergi menjauh. "Kita susul mereka sekarang."
*
Butuh waktu 3 hari Juna mengumpulkan bukti-bukti sekaligus cari tahu perbuatan Luna sampai mana. Kadang Juna tak habis pikir dengan manusia setengah iblis seperti itu.
Setelah kasus Luna selesai, Juna memutuskan untuk pergi ke kampung halamannya. Karena setelah Juna pikir-pikir bisa jadi Alana ada di rumah orang tuanya.
Begitu tiba di depan rumahnya dulu, lagi-lagi Juna sudah disambut heboh oleh kedua nenek dan kakeknya membuat Juna tambah capek tetapi ia merasa senang.
"Bulan kemarin kesini, sekarang kesini lagi, tapi sendirian aja," sindir neneknya sambil merajut di kursi goyangnya. "Mana Alana nya?" Lanjutnya dan Juna hanya diam menunduk.
Sedangkan si kakek seperti biasa dan tiada bosan mengajak ngobrol ikannya yang banyak di akuarium. "Benar, mana orang tua mu itu, kakek kangen pengen kumpul mereka, masa iya kami cuman dapat telepon saja."
"Iya, nanti ya, nek, kek. Kita bakal kumpul besar-besaran lagi, tapi nanti, saat Juna menikah."
Sontak saja Tarman dan Nirma dengan cepat meninggalkan pekerjaannya dan kembali menghampiri Juna dengan tatapan tak percaya.
"Serius kamu ternyata ada keinginan untuk kawin!" Ujar sang nenek menepuk bahu Juna, walau renta tapi masih kuat juga.
"Serius, nek."
"Sama yang kemarin 'kan? Apa beda lagi? Ah, kamu ini, playboy juga kalau sampai beda orang, padahal kakek udah bersyukur kamu bisa kenal artis baik kayak gitu."
Juna hanya meringis kemudian ia tertawa. "Memang bukan, kek."
Lagi-lagi si nenek malah menempeleng kepala Juna. "Ah, nenek kangen Alana, Jun."
"Ya kalo bukan Alana terus siapa?"
"Kawan Juna waktu kecil, kek," balas Juna nyengar-nyengir gak jelas. "Anak tetangga sebelah, tuh."
Kedua kakek dan neneknya Juna saling menatap satu sama lain. "Tetangga sebelah yang mana?" Tanya mereka berdua kompak.
"Itu, rumah itu," tunjuk Juna dari tempatnya ke jendela yang terbuka menampilkan rumah Diva.
"Aneh-aneh aja!" Ketus sang kakek tak percaya karena mereka berdua juga belum tau dan belum pernah melihat sang pemilik rumah di sebelah mereka punya anak seumur Juna.
"Serius!" Sahut Nirma dan Juna hanya mengangguk santai.
"Yang mana?!" Tanya mereka kompak. "Jangan setengah-setengah, lah!" Sambung kakeknya membuat Juna menggaruti tengkuknya.
"Nanti aja deh, Juna jelasin. Sekarang Juna mau tidur dulu. Itu jangan lupa juga di dapur banyak makanan yang Juna bawa," pamit Juna pergi di tengah Tarman dan Nirma yang masih saja penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPITERNAL : Everything Has Changed (END)
RomanceRank : #1🥇Acak: 23-10-2023 #1🥇Misteri: 20-11-2023 #Top5🏅Cerita Pendek: 20-10-2021 #1🥇Abdi Negara: 19-01-2023 #1🥇Penyanyi: 27-02-2023 #1🥇Teka-teki: 20-11-2023 -- Arjuna Dewantara atau kerap disapa Juna, adalah seorang perwira polisi berusia 30...